In the Palestinian/Arab/Jewish-Isra

In the Palestinian/Arab/Jewish-Israeli case found that was power asymmetry to be the determining factor in group willingness to seek reconciliation. Power to be reversed at the micro communication level with Arab being empowered and the Jewish Israelis powerless and defensive in the particular context.
Silence in interaction has elucidated the notion that silence has value and communicative power. The power of silence is best understood socio-pragmatically as its reflection in particular context and speech communication.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Di Arab / Yahudi-Israel kasus / Palestina menemukan bahwa itu kekuatan asimetri menjadi faktor penentu dalam kelompok kesediaan untuk mencari rekonsiliasi. Kekuatan untuk dibalik pada tingkat komunikasi mikro dengan Arab yang diberdayakan dan Yahudi Israel berdaya dan defensif dalam konteks tertentu.
Diam dalam interaksi telah dijelaskan gagasan bahwa keheningan memiliki nilai dan daya komunikatif. Kekuatan diam paling baik dipahami sosial-pragmatis sebagai refleksi dalam konteks tertentu dan komunikasi pidato.