Accordingto First Amendment scholar

According
to First Amendment scholar C. Edwin Baker, “speech generally depends for
its power on the voluntary acceptance of the listeners. . . .” Thus, speech
would normally be considered noncoercive. (This point becomes clearer in
chapter 5 when we discuss the extent to which audiences recognize speech
as being either one-sided or balanced.) Baker contrasts this normally benign
nature of speech with its counterpart, coercive speech:

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Menurutuntuk amandemen pertama sarjana C. Edwin Baker, "pidato umumnya tergantung untukkekuatannya dalam penerimaan sukarela pendengar.... " Dengan demikian, pidatoakan biasanya dianggap noncoercive. (Hal ini menjadi lebih jelas dalamBab 5 ketika kita membahas sejauh mana khalayak mengenali berbicarasebagai satu sisi atau seimbang.) Baker kontras ini biasanya jinakalam berbicara dengan mitranya, koersif pidato:

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Menurut
untuk Amandemen Pertama sarjana C. Edwin Baker, "pidato umumnya tergantung untuk
listrik pada penerimaan sukarela dari pendengar. . . . "Dengan demikian, pidato
biasanya akan dianggap tanpa paksaan. (Hal ini menjadi lebih jelas di
Bab 5 ketika kita membahas sejauh penonton yang mengakui pidato
sebagai salah satu sisi atau seimbang.) Baker kontras ini biasanya jinak
sifat pidato dengan pasangannya, pidato koersif: