The Moraten strain did not give les

The Moraten strain did not give lesions. The results did not give a clear indication of the suitability of any of the strains as vaccines but implied that they were all to some degree attenuated. The obvious conclusion is that the only way to determine the suitability of the
strains was by clinical trial which is what was done;this was also the route followed by the Japanese in assessing the AIK-C strain where several candidates were used and compared for their
clinical side effects(Makino, 1983). Little supportive in vitro laboratory data is provided in the literature.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Ketegangan Moraten tidak memberikan lesi. Hasil tidak memberikan indikasi yang jelas tentang kesesuaian salah satu strain sebagai vaksin tetapi tersirat bahwa mereka yang untuk beberapa derajat dilemahkan. Kesimpulan jelas adalah bahwa satu-satunya cara untuk menentukan kesesuaianstrain oleh uji klinis yang adalah apa yang dilakukan; ini juga adalah rute diikuti oleh Jepang dalam menilai strain AIK-C yang mana beberapa kandidat yang digunakan dan dibandingkan untuk merekaefek samping klinis (Makino, 1983). Data laboratorium secara in vitro sedikit pendukung disediakan dalam literatur.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

The Moraten regangan tidak memberikan lesi. Hasil tidak memberikan indikasi yang jelas dari kesesuaian salah satu strain vaksin tetapi tersirat bahwa mereka semua untuk beberapa derajat dilemahkan. Kesimpulan yang jelas adalah bahwa satu-satunya cara untuk menentukan kesesuaian
strain adalah dengan uji klinis yang adalah apa yang dilakukan, ini juga rute yang diikuti oleh Jepang dalam menilai AIK-C regangan di mana beberapa kandidat yang digunakan dan dibandingkan untuk mereka
efek samping klinis (Makino, 1983). Sedikit mendukung in vitro data laboratorium disediakan dalam literatur.