Further, we use “category” as an um

Further, we use “category” as an umbrella term to group
and sort the different practices and link them to relevant issues
of SSCM and SCM, respectively. It is typically used in this
manner in approaches that build, e.g., on content analysis, to
group different items (here practices) into one related category
(Seuring and Gold, 2012).
In our framework (Figure 1), we grouped the practices into
five general categories. They are identified throughout the
literature on SSCM.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Lebih lanjut, kami menggunakan "kategori" sebagai istilah payung untuk kelompokdan menyortir praktek-praktek yang berbeda dan menghubungkan mereka terhadap isu-isu yang relevanSSCM dan SCM, masing-masing. Hal ini biasanya digunakan dalam inidalam pendekatan yang membangun, misalnya, pada analisis konten, untukkelompok item yang berbeda (di sini practices) menjadi satu kategori terkait(Seuring dan emas, 2012).Dalam kerangka kami (gambar 1), kami dikelompokkan kedalam prakteklima kategori umum. Mereka mengidentifikasi seluruhliteratur tentang SSCM.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Selanjutnya, kita menggunakan "kategori" sebagai istilah umum untuk kelompok
dan menyortir praktek yang berbeda dan menghubungkan mereka dengan isu-isu yang relevan
dari SSCM dan SCM, masing-masing. Hal ini biasanya digunakan dalam
cara pendekatan yang membangun, misalnya, pada analisis isi, untuk
kelompok item yang berbeda (di sini praktek) ke dalam satu kategori terkait
(Seuring dan Emas, 2012).
Dalam kerangka kerja kami (Gambar 1), kita dikelompokkan praktek dalam
lima kategori umum. Mereka diidentifikasi di seluruh
literatur tentang SSCM.