“That’s a bit dangerous, isn’t it?”

“That’s a bit dangerous, isn’t it?”
I leaned into his ear. “I am totally hustling them. I’ve
played this game with my dad since I was sixteen.”
“Oh,” he said, frowning with disapproval. “You drank
Tequila with your dad?”
I shrugged. “It was his way of bonding.”
Parker seemed unimpressed as his eyes left mine,
scanning the crowd. “I can’t stay long. I’m leaving early for a
hunting trip with my father.”
“It’s a good thing my party was tonight, or you wouldn’t
have made it tomorrow,” I said, surprised to hear of his
plans.
He smiled and took my hand. “I would have made it
back in time.”
I pulled him to the counter, picked up another shot glass
and killed it, slamming it on the counter upside down like I
had the previous five. Brazil handed me another twenty, and
I danced into the living room. Travis grabbed me, and we
danced with America and Shepley.
Shepley slapped me on the butt. “One!”
America added a second swat on my backside, and
then the entire party joined in, sans Parker.
At number nineteen, Travis rubbed his hands together.
“My turn!”
I rubbed my sore posterior. “Be easy! My ass hurts!”
With an evil smirk, he reared his hand far above his
shoulder. I closed my eyes tight. After a few moments, I
peeked back. Just before his hand made contact, he
stopped and gave me a gentle pat.
“Nineteen!” he exclaimed.
The guests cheered, and America started a drunken
rendition of Happy Birthday. I laughed when the part came
to say my name and the entire room sang “Pigeon”.
Another slow song came over the stereo, and Parker
pulled me to the make-shift dance floor. It didn’t take me
long to figure out why he didn’t dance.
“Sorry,” he said after stepping on my toes for the third
time.
I leaned my head on his shoulder. “You’re doing just
fine,” I lied.
He pressed his lips against my temple. “What are you
doing Monday night?”
“Going to dinner with you?”
“Yes. In my new apartment.”
“You found one!”
He laughed and nodded. “We’ll order in, though. My
cooking isn’t exactly edible.”
“I’d eat it, anyway,” I smiled up at him.
Parker glanced around the room and then led me to a
hallway. He gently pressed me against the wall, kissing me
with his soft lips. His hands were everywhere. At first I
played along, but after his tongue infiltrated my lips, I got the
distinct feeling that I was doing something wrong.
“Okay, Parker,” I said, maneuvering away.
“Everything all right?”
“I just think it’s rude of me to make out with you in a
dark corner when I have guests out there.”
He smiled and kissed me again. “You’re right, I’m
sorry. I just wanted to give you a memorable birthday
kiss before I left.”

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

"Itu sedikit berbahaya, bukan?"
Aku bersandar ke telinganya. "Saya benar-benar bergegas mereka. Saya sudah
memainkan game ini dengan ayah saya sejak saya berumur enam belas tahun.
"" Oh, "katanya, mengerutkan kening dengan ketidaksetujuan. "Anda minum
Tequila dengan ayahmu?"
Aku mengangkat bahu. "Itu caranya ikatan."
Parker tampak tidak terkesan sebagai mata kiri saya,
memindai kerumunan. "Aku tidak bisa lama-lama. Aku pergi lebih awal untuk
perjalanan berburu dengan ayahku.
"" Ini hal yang baik partai saya malam ini, atau Anda tidak akan
membuatnya besok, "kataku, terkejut mendengar nya
rencana.
Dia tersenyum dan mengambil saya tangan. "Saya akan membuat itu
kembali dalam waktu."
Aku menariknya ke counter, mengambil gelas lain
dan membunuh itu, membantingnya di meja terbalik seperti saya
memiliki lima sebelumnya. Brasil memberiku dua puluh lain, dan
aku menari ke ruang tamu. Travis menyambar saya, dan kami
menari dengan Amerika dan Shepley.
Shepley menepuk pantat. "Satu!"
America menambahkan swat kedua di bagian belakang saya, dan
kemudian seluruh partai yang tergabung dalam, sans Parker.
Di nomor sembilan belas, Travis menggosok-gosok tangannya.
"Giliranku!"
Aku mengusap posterior sakit saya. "Jadilah mudah! Pantat saya sakit!
"Dengan seringai jahat, ia dibesarkan tangannya jauh di atas nya
bahu. Aku memejamkan mata erat. Setelah beberapa saat, aku
mengintip kembali. Tepat sebelum tangannya melakukan kontak, ia
berhenti dan memberi saya tepuk lembut.
"Sembilan belas!" Serunya.
Para tamu bersorak, dan Amerika mulai mabuk
membawakan lagu Selamat Ulang Tahun. Saya tertawa ketika bagian datang
untuk mengatakan nama saya dan seluruh ruangan menyanyikan "Pigeon".
Lagu lain yang lambat datang stereo, dan Parker
menarikku ke lantai dansa make-shift. Tidak butuh waktu saya
lama untuk mencari tahu mengapa dia tidak menari.
"Maaf," katanya setelah menginjak kaki saya untuk ketiga
kalinya.
Aku bersandar kepalaku di bahunya. "Kau melakukan hal
baik," aku berbohong.
Dia menekan bibirnya candi saya. "Apa yang Anda
lakukan Senin malam?"
"Pergi ke makan malam dengan Anda?"
"Ya. Di apartemen baru saya.
"" Kamu menemukan satu!
"Dia tertawa dan mengangguk. "Kami akan memesan di, meskipun. Saya
memasak tidak tepat dapat dimakan.
"" Aku akan memakannya, pula, "aku tersenyum ke arahnya.
Parker melirik ke sekeliling ruangan dan kemudian membawa saya ke sebuah
lorong. Dia lembut menekan saya ke dinding, mencium
dengan lembut bibir nya. Tangannya di mana-mana. Pada awalnya saya
bermain bersama, tapi setelah lidahnya menyusup bibir saya, saya mendapat
perasaan berbeda bahwa saya melakukan sesuatu yang salah.
"Oke, Parker," kataku, manuver jauh.
"Semuanya baik-baik?"
"Saya hanya berpikir itu kasar dari saya untuk membuat keluar dengan Anda dalam
sudut gelap ketika saya punya tamu di luar sana.
"Dia tersenyum dan menciumku lagi. "Kau benar, aku
minta maaf. Saya hanya ingin memberikan hadiah ulang tahun yang mengesankan
ciuman sebelum aku pergi. "