between procrastination and school

between procrastination and school grades because students with the tendency to postpone
work may need to execute self-control to meet appointments and achieve good
grades. This is the reason why we interpreted the results in terms of causality more cautiously.
Furthermore, based on our age and school restrictions related to the sample and
the region, we have to be additionally cautious to generalize these results to other student
samples. Another point is that we had only a slightly modified adoption of the Life Balance
Checklist (cf. Gröpel/Kuhl 2006), which was constructed for the use in adult samples.
Therefore, an enhancement of this questionnaire seems advisable. Based on the specific
importance of family and peer groups in this developmental period (cf. Böhm-
Kasper 2006; Steinberg 2002), for example, the area contact/relationships could be further
subdivided and therefore increased in relevance.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

antara penundaan dan tingkatan sekolah karena siswa dengan kecenderungan untuk menunda
pekerjaan mungkin perlu melaksanakan pengendalian diri untuk memenuhi janji dan mencapai baik
nilai. Ini adalah alasan mengapa kita menafsirkan hasil dalam hal kausalitas lebih hati-hati.
selanjutnya, berdasarkan kami usia dan sekolah pembatasan terkait dengan sampel dan
wilayah, kita harus berhati-hati sebagai tambahan untuk menggeneralisasi hasil ini untuk siswa lain
sampel. Poin lain adalah bahwa kita memiliki hanya sedikit diubah adopsi keseimbangan hidup
Checklist (cf. Gröpel Bangkong 2006), yang dibangun untuk digunakan dalam dewasa sampel.
oleh karena itu, peningkatan kuesioner ini tampaknya dianjurkan. Berdasarkan spesifik
pentingnya keluarga dan rekan kelompok dalam periode perkembangan ini (rujuk Böhm-
Kasper 2006; Steinberg 2002), misalnya, daerah kontak/hubungan bisa lebih lanjut
dibagi dan oleh karena itu peningkatan relevansi.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

antara penundaan dan nilai sekolah karena siswa dengan kecenderungan untuk menunda
pekerjaan mungkin harus menjalankan pengendalian diri untuk memenuhi janji dan mencapai baik
nilai. Ini adalah alasan mengapa kita menafsirkan hasil dalam hal kausalitas lebih hati-hati.
Selanjutnya, berdasarkan usia dan pembatasan sekolah terkait dengan sampel dan
daerah, kita harus berhati-hati tambahan untuk menggeneralisasi hasil ini kepada siswa lain
sampel. Hal lain adalah bahwa kita memiliki hanya adopsi modifikasi dari Life Balance
Checklist (lih. Gröpel / Kuhl 2006), yang dibangun untuk digunakan dalam sampel dewasa.
Oleh karena itu, peningkatan kuesioner ini tampaknya dianjurkan. Berdasarkan spesifik
pentingnya kelompok-kelompok keluarga dan teman sebaya dalam periode ini perkembangan (lih. Bohm-
Kasper 2006; Steinberg 2002), misalnya, bidang kontak / hubungan bisa lebih
dibagi dan karena itu meningkat pada relevansi.