Two: global insecurity and the refu

Two: global insecurity and the refugee crisis
US presidential elections will be a major political event during 2016. From a global
perspective, the key issue is whether the next president will be able to restore the US as a global force for stability after the apparent lethargy of President Obama’s administration. Another period of a United States that lacks direction in its foreign policy, combined with a reluctance to engage with military forces in difficult regions, will create deep security problems.Europe needs to step up its ability to deal with emerging security issues, although that is an unlikely outcome without leadership from the USA. The tragic events in Paris have created a momentum for a coalition bringing the US, France, the United Kingdom and, unexpectedly, also Russia together for a push-back of the Daesh ambition of establishing a Caliphate. It seems necessary for the US and Europe to be ready to actively counter extremist Islamic terrorism in the Middle East, North Africa and Afghanistan in the medium term as well as in the long run. To leave large areas and regions under the control of Daesh, Boko Haram, Al-Shabaab or the Taliban is a global security risk. The refugee crises in Europe will remain a major factor during 2016. UN estimates indicate that over one million people have entered Europe with the intention of claiming asylum during 2015. On a global level, UNHCR has stated that the number of forcibly displaced people reached almost 60 million in 2015, an increase of some 40% since 2014. Germany, Sweden, Hungary, Austria and Italy have been the most affected countries in Europe (Hungary and Sweden with the highest per capita numbers, and Germany with the highest number in absolute terms). In the last few weeks, the inflows have decreased. Partly that could be due to temporary harsh weather. The fact that the European Union has made a broader political agreement with Turkey could also be a factor.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Dua: ketidakamanan global dan krisis pengungsiPemilihan Presiden AS akan menjadi peristiwa politik besar selama 2016. Dari globalperspektif, masalah utama adalah apakah Presiden berikutnya akan mampu mengembalikan AS sebagai kekuatan global untuk stabilitas setelah kelesuan jelas Presiden Obama administrasi. Masa yang lain Amerika Serikat yang kekurangan arah kebijakan luar negeri, dikombinasikan dengan keengganan untuk terlibat dengan kekuatan militer di daerah sulit, akan menciptakan masalah dalam keamanan. Eropa perlu untuk meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi muncul masalah keamanan, walaupun itu adalah hasil tidak mungkin tanpa kepemimpinan dari Amerika Serikat. Peristiwa tragis di Paris telah menciptakan momentum bagi koalisi membawa Amerika Serikat, Perancis, Inggris dan, tiba-tiba, juga Rusia bersama-sama untuk mendorong kembali Daesh ambisi pembentukan khalifah. Tampaknya diperlukan untuk AS dan Eropa untuk siap aktif counter ekstremis terorisme Islam di Timur Tengah, Afrika Utara dan Afghanistan dalam jangka menengah serta sebagai dalam jangka panjang. Untuk meninggalkan daerah besar dan wilayah di bawah kendali Daesh, Boko Haram, Al-Shabaab atau Taliban adalah risiko keamanan global. Krisis pengungsi di Eropa akan tetap merupakan faktor utama selama 2016. UN perkiraan menunjukkan bahwa lebih dari satu juta orang telah memasuki Eropah dengan tujuan mengklaim suaka selama tahun 2015. Pada tingkat global, UNHCR telah menyatakan bahwa jumlah pengungsi mencapai hampir 60 juta pada tahun 2015, meningkat beberapa 40% sejak tahun 2014. Jerman, Swedia, Hongaria, Austria dan Italia telah menjadi negara yang paling terpengaruh di Eropa (Hongaria dan Swedia dengan angka per kapita tertinggi, dan Jerman dengan jumlah tertinggi dalam persyaratan mutlak). Dalam beberapa minggu terakhir, arus masuk menurun. Sebagian yang bisa terjadi karena sementara cuaca yang keras. Fakta bahwa Uni Eropa telah membuat kesepakatan politik yang lebih luas dengan Turki juga bisa menjadi faktor.