I don't know, is it that we collect

I don't know, is it that we collectively thought Steve Jobs was a great man even when we knew he made billions off the backs of children?

Or maybe it's that it feels like all our heroes are counterfeit; the world itself's just one big hoax. Spamming each other with our burning commentary of bullshit masquerading as insight, our social media faking as intimacy.

Or is it that we voted for this? Not with our rigged elections, but with our things, our property, our money.
I'm not saying anything new. We all know why we do this, not because Hunger Games books makes us happy but because we wanna be sedated. Because it's painful not to pretend, because we're cowards.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Saya tidak tahu, apakah itu yang kita secara kolektif pikir Steve Jobs adalah seorang besar bahkan ketika kita tahu dia membuat miliar dari punggung anak? Atau mungkin itu adalah bahwa ia merasa seperti semua pahlawan kita palsu; dunia itu sendiri adalah hanya satu kebohongan besar. Spamming saling dengan kami komentar pembakaran omong kosong yang menyamar sebagai wawasan, social media berpura-pura sebagai keintiman. Atau adalah bahwa kita memilih untuk ini? Tidak dengan pemilihan dicurangi kami, tetapi dengan hal-hal yang kami, kami properti, uang kita. Saya tidak mengatakan sesuatu yang baru. Kita semua tahu mengapa kita melakukan ini, bukan karena kelaparan permainan buku membuat kita bahagia, tetapi karena kita ingin dibius. Karena itu menyakitkan tidak untuk berpura-pura, karena kami pengecut.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Saya tidak tahu, apakah kita secara kolektif berpikir Steve Jobs adalah orang besar bahkan ketika kita tahu ia membuat miliaran dari punggung anak? Atau mungkin itu yang rasanya seperti semua pahlawan kami palsu; dunia itu sendiri hanya satu hoax besar. Spamming sama lain dengan komentar pembakaran kami omong kosong menyamar sebagai wawasan, berpura-pura media sosial kami sebagai keintiman. Atau bahwa kita sebagai untuk ini? Tidak dengan pemilihan dicurangi kami, tapi dengan hal-hal kita, properti kita, uang kita. Saya tidak mengatakan sesuatu yang baru. Kita semua tahu mengapa kita melakukan ini, bukan karena Hunger Games buku membuat kita bahagia tetapi karena kita ingin dibius. Karena itu menyakitkan untuk tidak berpura-pura, karena kita pengecut.