This study employs the ARDL cointeg

This study employs the ARDL cointegration approach in order to examine the impact
of financial liberalization on the relationships between the exchange rate and share
market performance in China. We discovered that cointegration has existed between
the Shanghai A Share Index and the exchange rate of the renminbi against the US
dollar and Hong Kong dollar since 2005, when the Chinese exchange rate regime
became a flexible, managed, floating system. We found that both the exchange rate
and money supply influenced stock price, with a positive correlation. We further show
that the money supply increase was largely caused by a huge “hot money” inflow
from other countries in recent years. After local currency appreciation, hot money,
followed by the money supply increase, pushed the market into a high level, based on
expectations regarding the local currency’s further appreciation.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Penelitian ini menggunakan pendekatan cointegration ARDL untuk mengkaji dampak liberalisasi keuangan pada hubungan antara nilai tukar dan berbagi kinerja pasar di Cina. Kami menemukan cointegration yang telah ada antara Indeks saham Shanghai dan nilai tukar renminbi melawan Amerika Serikat dolar dan Dolar Hong Kong sejak tahun 2005, ketika Cina pertukaran tingkat rezim menjadi fleksibel, dikelola, mengambang sistem. Kami menemukan bahwa kedua nilai tukar dan uang beredar dipengaruhi harga saham, dengan suatu korelasi positif. Kami lebih lanjut Tampilkan Peningkatan pasokan uang ini sebagian besar disebabkan oleh aliran besar "uang panas" dari negara-negara lain dalam beberapa tahun terakhir. Setelah Apresiasi mata uang lokal, uang panas, diikuti dengan peningkatan pasokan uang, didorong pasar ke tingkat tinggi, berdasarkan harapan mengenai penghargaan tambahan untuk mata uang lokal.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Penelitian ini menggunakan pendekatan kointegrasi ARDL untuk menguji dampak
dari liberalisasi keuangan pada hubungan antara nilai tukar dan pangsa
kinerja pasar di Cina. Kami menemukan bahwa kointegrasi telah ada antara
Shanghai A Indeks Saham dan nilai tukar renminbi terhadap AS
dolar dan dolar Hong Kong sejak tahun 2005, ketika rezim nilai tukar China
menjadi fleksibel, dikelola, sistem mengambang. Kami menemukan bahwa kedua nilai tukar
dan jumlah uang beredar dipengaruhi harga saham, dengan korelasi positif. Kami lebih menunjukkan
bahwa peningkatan jumlah uang beredar sebagian besar disebabkan oleh besar "uang panas" inflow
dari negara lain dalam beberapa tahun terakhir. Setelah apresiasi mata uang lokal, uang panas,
diikuti dengan kenaikan jumlah uang beredar, mendorong pasar ke tingkat tinggi, berdasarkan
harapan mengenai lanjut apresiasi mata uang lokal.