disruptions at all, but rather the

disruptions at all, but rather the body’s usual, and welcome, adaptation to a changed set of circumstances. Given that statistical ranges seem inadequate, it might be more appropriate to recognise that individual bodies define their ‘own norms and parameters within the context of its basic design’ (Lewis 2001). In other words, ‘normal functioning’ for an individual body is that specific physiological state to which it feels ‘compelled’ to return after having been affected by illness or disease. Yet, as Christopher Boorse (1977) contends, such a model is also inadequate because many of the body’s functions are not intended to be homeostatic. Instead of returning the body to a state of equilibrium, what locomotion or perception, and we can include strength and aerobic training for example, are designed to do is upset stasis and challenge the body to respond and adapt.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

gangguan sama sekali, tapi agak tubuh biasa, dan Selamat datang, adaptasi terhadap serangkaian keadaan berubah. Mengingat bahwa statistik rentang tampaknya tidak memadai, mungkin lebih cocok untuk mengenali bahwa tubuh individu mendefinisikan mereka 'memiliki norma-norma dan parameter dalam konteks Desain dasar' (Lewis 2001). Dengan kata lain, 'berfungsi normal' untuk tubuh individu adalah spesifik fisiologis keadaan yang rasanya 'dipaksa' untuk kembali setelah telah affected oleh penyakit atau penyakit. Namun, seperti yang berpendapat Christopher Boorse (1977), seperti model ini juga tidak memadai karena banyak fungsi tubuh tidak dimaksudkan untuk menjadi homeostatik. Daripada kembali tubuh ke keadaan kesetimbangan, apa yang penggerak atau persepsi, dan kami dapat menyertakan kekuatan dan aerobik pelatihan misalnya, dirancang untuk melakukan adalah marah stasis dan menantang tubuh untuk merespon dan beradaptasi.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

gangguan sama sekali, melainkan tubuh biasa, dan selamat datang, adaptasi terhadap seperangkat berubah keadaan. Mengingat bahwa rentang statistik tampaknya tidak memadai, mungkin lebih tepat untuk mengakui bahwa tubuh individu mendefinisikan 'norma dan parameter sendiri dalam konteks desain dasar' mereka (Lewis 2001). Dengan kata lain, 'fungsi normal' untuk tubuh individu adalah bahwa keadaan fisiologis tertentu yang rasanya 'dipaksa' untuk kembali setelah menjadi ff ected oleh penyakit atau penyakit. Namun, sebagai Christopher Boorse (1977) berpendapat, model seperti itu juga tidak memadai karena banyak fungsi tubuh tidak dimaksudkan untuk menjadi homeostatis. Bukannya kembali tubuh ke keadaan keseimbangan, apa gerak atau persepsi, dan dapat kita termasuk kekuatan dan pelatihan aerobik misalnya, dirancang untuk lakukan adalah stasis marah dan menantang tubuh untuk merespon dan beradaptasi.