.. is what we call a "consequent po

.. is what we call a "consequent pole" motor.

Such a motor has n real poles and m real and apparent poles, where m equals 2*n, hence there is a 2:1 ratio between speeds. Usually a 2:1 HP rating, too, although constant HP motors do exist, but not using the wiring diagram shown, above.

In such motors intended for machine tool applications, the low speed is series ∆ whereas the high speed is parallel Y.

It is possible to use these with a static converter, but the required capacitance is necessarily fixed, and is, therefore, optimum for series ∆ but not for parallel Y, or is optimum for parallel Y but not for series ∆, or is somewhere in between and hence not optimum for either.

The current requirements of the subject motor appear to be modest. A relatively small 230:400 transformer could be used for voltage step-up, and a higher voltage version of the usual RPC starting circuit could be used. Balancing caps could be added, too.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

.. Adalah apa yang kita sebut "konsekuen tiang" motor. Motor tersebut memiliki n kutub nyata dan m tiang nyata dan jelas, di mana m sama dengan 2 * n, maka ada 2: 1 rasio antara kecepatan. Biasanya 2:. 1 HP rating, juga, meskipun motor HP konstan memang ada, tapi tidak menggunakan diagram pengkabelan ditampilkan, di atas Dalam motor tersebut ditujukan untuk aplikasi alat mesin, kecepatan rendah seri Δ sedangkan kecepatan tinggi Y. paralel Hal ini dimungkinkan untuk menggunakan ini dengan konverter statis, tetapi kapasitansi yang diperlukan tentu tetap, dan karena itu, optimal untuk seri Δ tetapi tidak untuk paralel Y, atau optimum untuk paralel Y tetapi tidak untuk seri Δ, atau di suatu tempat di antara dan karenanya tidak optimal untuk baik. Persyaratan saat motor subjek tampak sederhana. Sebuah relatif kecil 230: 400 transformator dapat digunakan untuk tegangan step-up, dan versi tegangan yang lebih tinggi dari rangkaian awal RPC biasa dapat digunakan. Menyeimbangkan topi bisa ditambahkan juga.