Hasil (
Bahasa Indonesia) 1:
[Salinan]Disalin!
After some time... There she was...his love, his life, his Jodha ...sitting with him in his luxurious jet. Ever since Jalal met Jodha, he wanted to make her part of his world...part of his life. He wanted to give her everything he dreamt of bestowing on his queen. But she never let him. In future also Jalal had very little hope that she will. But that surely didn't stop him from trying his luck. For Jalal...no challenge is challenging enough if it doesn't take the man out of a man. It's not that Jalal had planned anything. He didn't plan an attack on Jodha or framed the rescue mission that followed. These all were the handwork of his enemies. He had no role in this. In fact this time he was actually more into keeping his word to her...by keeping her away from his life. But just as always...fate had another design in mind. And he had to take the decision to bring her to Mumbai...both for her safety and for his peace. But the million dollar question was...can two worlds ever collide without a storm? Possibly the answer is NO. The storm started brewing once they came into each other's sight. For one it was the heart wrenching effort to bear his presence...for another it was the painful struggle to keep his word...to stay away from her. Both of them were fighting their battle in their own way. Jodha was trying to focus on her future meeting with her son...at the same time trying to forget what led to this. She was forcing her mind with all strength to become obliterate of the presence of her co passenger. If her struggle was tough, then Jalal's was tougher. Melihat kondisi Jodha... semua soulful, Semua dikeringkan...Jalal tahu dia adalah buruk membutuhkan cinta dan perawatan. Dia adalah sangat membutuhkan seseorang yang bisa menenangkan dia banyak sakit jiwa. Jalal merasa seperti membawanya dalam pelukannya dan mencintainya sampai dia lupa setiap sakit nya. Tapi ia tahu penghalang dari persetujuan akan selalu ada antara mereka. Ia tidak tahu Kapan ia akan dapat menyeberang bahwa hambatan. Dia bisa lakukan adalah...Tunggu. Dan ini adalah sesuatu yang selalu beban Jalal hati dengan berat yang tak tertahankan... yang sama ia merasa sekarang. Terakhir setengah jam...Jalal tidak bergerak matanya dari Jodha... tatapan sendirian, kerinduan roaming seluruh nya. Bukan karena ia selalu melakukan itu sengaja; Sebaliknya itu adalah lebih semacam reaksi alami dari pikirannya, ketika dia di sekitar. Tapi untuk Jodha itu pandangan lusty sama dia kegusaran seperti neraka. Meskipun melihat arah yang berlawanan, dia bisa merasakan tatapan berpemanas yang menyentuh seluruh her...much terhadap jengkel nya. Jodha tidak dapat menahan frustrasi nya kembali lagi dan dia menembak, ' saya tidak akan ke rumah Anda atau tinggal bersama Anda. Saya akan mengatur sesuatu saya.' Jalal adalah Trans kata-kata Jodha yang pecah. Ia benar-benar merindukan apa yang ia diucapkan. Oleh karena itu ia meminta untuk replay. ' Maaf... Apakah Anda mengatakan sesuatu.' ' Ya. Saya hanya mengatakan...Saya tidak akan tinggal bersama dengan Anda. Saya akan mengatur sesuatu saya.' Jodha masih menatap biru kosong di luar jendela. Jalal terus mencari untuk sementara dan kemudian berdiri, ' jangan khawatir Anda tidak perlu. Saya telah membuat beberapa pengaturan. Aku punya...' Di sini Jodha terganggu Jalal. Dia menoleh kepadanya dan diucapkan dengan suara yang marah, ' aku bilang aku akan membuat saya mengatur...' Tapi sebelum Jodha bisa menyelesaikan, Jalal meledak pada nada tinggi banyak, ' tidak Anda tidak akan. Anda tidak akan membuat pengaturan apapun. Anda akan tinggal... dimana saya akan memberitahu Anda.' Memberikan tekanan tambahan terakhir beberapa kata, Jalal menyatakan pikirannya... tapi hanya untuk membuat marah Jodha banyak lipat. Dia berjalan ke Jalal marah dan menunjuk jarinya ke arahnya, ' saya memperingatkan Anda Mr Jalaluddin Mohammad... Jangan mencoba untuk bermain dengan saya lagi.' Kata-katanya memukul Jalal keras. Tantangan dia terang-terangan menekan nafsu nya. Itu membuatnya lupa apa sebenarnya ia upto dan penuh pikirannya dengan kebutuhan mendesak untuk menyerang balasan yang sesuai. Jalal terhapus jarak antara mereka dalam sepersekian detik dan meraih lengannya. Memperbaiki perhatiannya pada dia, dia mendesis, ' Anda bertaruh, akan. Bahkan Allah tidak menghalangi saya.' Hanya setelah berseru garis-garis ini Jalal menyadari bahwa dia tidak mau. Mengapa dia! Ia tidak bermain permainan apapun! Dia tidak berusaha untuk membingkai dia! Kemudian mengapa ia diperlukan baris seperti! Jalal diperas matanya dengan frustrasi... memarahi pikirannya untuk seperti meledak. After pausing for some moment Jalal began in a rectifying tone, 'Am sorry...I shouldn't have talked to you like this. I...I just...I just wanna tell you...see keeping in mind what just took place in Kolkata, it would be highly irrational to let you live like this. It will be disastrous...for you, for me, for Salim...for everybody. And all I will do is...arrange a safe place for you and intensify your security. That's it. Nothing else. You can do your job; pay your own expenses...everything at your will. And most importantly you can meet Salim whenever you wish to. At my home, at his school...anywhere.' Now the mention of Rico spread a different emotion through Jodha. Her heart twisted imagining how she was living without her 'Jigar ka tukra'. The heart of a mother melted with the mere mention of this possible union. She could feel...a rush of emotion clogging in front of her vision...blurring Jalal out of her sight. She could feel...somewhere deep inside...the fiery lady put her sword down before the doting mother. This changeover in her didn't escape Jalal's eyes either. Rather it moved him. Her flooded eyes were a sight completely unbearable for Jalal. He never hated anything more than her tears. Looking at her like this was a soulful experience for him. What added to his despair was his helplessness at her negation. Hence Jalal kept staring...although his mind not! Jalal couldn't feel when his hand left its place to reach her soaking cheek...to wipe tears from her face. He realized only when it touched her. But that was also the same time when Jodha realized...his proximity and his touch. Within a fraction of second she jerked back from his touch...and went back to her seat, leaving an upset Jalal behind. Precap: "Ammijan...
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
