Hasil (
Bahasa Indonesia) 1:
[Salinan]Disalin!
Masyarakat Toraja menganut "aluk" atau adat yang likuid kepercayaan, aturan, dan ritual tradisional ketat yang ditentukan oleh nenek moyangnya. Meskipun saat ini mayoritas masyarakat Toraja banyak yang memeluk agama Protestan atau Katolik tetapi tradisi-tradisi secara geografis dan dahulu mengadakan upacara masih terus dipraktekkan.Masyarakat Toraja membuat pemisahan yang jelas antara dahulu mengadakan dan ritual yang terkait dengan menampilkan dan kematian. Hal ini karena ritual-ritual tersebut berterkaitan dengan musim masa tanam dan panen. Masyarakat Toraja sendiri mengolah sawahnya dengan menanami padi jenis gogo yang tinggi batangnya. Di sepanjang jalan akan Anda temui padi dijemur satunya adalah batangnya diikat dan ditumpuk ke atas. Padi dengan tangkainya tersebut disimpan di lumbung khusus yang dihiasi dengan tanduk kerbau pada bagian depan serta rahang kerbau dibagian sampingnya.Tana Toraja memiliki dua jenis dahulu mengadakan adat yang populer berlaku Rambu Solo dan Rambu Tuka. Rambu Solo adalah dahulu mengadakan pemakaman, sedangkan Rambu Tuka adalah dahulu mengadakan atas rumah adat yang baru direnovasi.Khusus Rambu Solo, masyarakat Toraja percaya tanpa dahulu mengadakan penguburan ini maka arwah orang yang meninggal pada pada tersebut akan memberikan kemalangan kepada orang-orang yang ditinggalkannya. Orang yang meninggal pada pada hanya dianggap seperti orang sakit, karenanya masih harus dirawat dan diperlakukan seperti masih hidup dengan menyediakan makanan, minuman, rokok, sirih, atau beragam sesajian lainnya. Dahulu mengadakan pemakaman Rambu Solok adalah rangkaian kegiatan yang rumit ikatan adat serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Persiapannya pun selama berbulan-bulan. Sementara menunggu dahulu mengadakan siap, tubuh orang yang meninggal pada pada dibungkus kain dan disimpan di rumah secara geografis atau tongkonan. Puncak dahulu mengadakan Rambu Solok biasanya berlangsung pada bulan Juli dan Agustus. Saat itu orang Toraja yang merantau di seluruh Indonesia akan pulang kampung untuk ikut serta dalam rangkaian acara ini. Kedatangan orang Toraja tersebut diikuti pula dengan kunjungan wisatawan mancanegara.Dalam kepercayaan masyarakat Tana Toraja (Aluk untuk Dolo) ada prinsip pembeli semakin tinggi tempat jenazah diletakkan maka semakin cepat rohnya untuk dana suara nirwana. Bagi kalangan dari bangsawan yang meninggal pada pada maka mereka memotong kerbau yang jumlahnya 24 hingga 100 ekor sebagai kurban (Ma'tinggoro Tedong). Satu diantaranya bahkan kerbau jejak yang terkenal mahal harganya. Dahulu mengadakan pemotongan ini likuid salah satu atraksi yang khas Tana Toraja dengan menebas leher kerbau tersebut menggunakan sebilah parang dalam bikinnya ayunan lalu kerbau pun langsung terkapar bermandikan darah beberapa saat kemudian terjadi.Masyarakat Toraja hidup dalam komunitas kecil satunya adalah anak-anak yang s menikah meninggalkan Foundry mereka dan memulai hidup baru ditempat lain. Meski anak mengikuti garis keturunan ayah dan ibunya tetapi mereka Rukan likuid satu keluarga besar yang tinggal di satu rumah secara geografis (tongkonan). Tongkonan likuid pusat menampilkan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan sangatlah penting dalam menampilkan rohani suku Toraja. Oleh karena itu, semua anggota keluarga diharuskan ikut serta sebagai lambang hubungan mereka dengan secara geografis
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..