1. Pendahuluan
Setelah runtuhnya sistem Bretton Woods pada tahun 1973, variabilitas pergerakan nilai tukar meningkat sangat besar dan ini menyebabkan para pembuat kebijakan untuk memeriksa efek variabilitas nilai tukar pada neraca perdagangan. Meskipun ada pemahaman bersama tentang arah namun studi sebelumnya menemukan hasil yang agak berbeda. Mungkin karena kurangnya produk atau sektor pemilahan, metodologi berbeda atau jangka waktu yang diteliti. Pembangunan ekonomi suatu negara sangat tergantung pada kinerja ekspor. Ada pandangan tradisional yang depresiasi nilai tukar memperkuat pertumbuhan ekspor suatu negara. Tetapi apakah itu benar untuk Bangladesh? Sejak kemerdekaan Bangladesh, mata uangnya telah mulai terdepresiasi dan pendapatan kemudian ekspor telah ditemukan meningkat tetapi besarnya kontribusi tidak jelas. Selama tahun ini, Pemerintah Bangladesh telah mengambil sejumlah inisiatif dan mengubah kebijakan nilai tukar untuk meningkatkan ekspor dan mengurangi defisit perdagangan. Meskipun ekspor meningkat tetapi defisit perdagangan usia panjang tidak meremas banyak yang menghasilkan keseimbangan krisis pembayaran yang terus menghambat pembangunan ekonomi kita. Dari tahun 2003, Bangladesh telah memperkenalkan gratis-sistem nilai tukar mengambang dengan harapan perubahan yang signifikan dari pola dan volume ekspor. Namun, arah perubahan masih tetap menjadi pertanyaan empiris dan karenanya, tidak ada solusi yang mudah yang meninggalkan topik terbuka untuk penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, pengetahuan tentang sejauh mana pertukaran tingkat variabilitas mempengaruhi ekspor penting untuk merancang kebijakan nilai tukar. Makalah ini berfokus penjelasan empiris nilai tukar riil dan variabilitas pada perdagangan internasional dari Bangladesh.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
