With traditional distribution, good

With traditional distribution, goods produced by the factory are
immediately shipped in large batches to regional warehouses. Each
regional warehouse in turn periodically ships smaller but still sizable
batches to retail locations. Thus, most inventory is pushed through the
chain to retail locations on the assumption that it will eventually be
sold. This method is intuitively appealing, because only retail outlets
make sales to consumers.
Unfortunately, variability in sales is highest at retail locations. This
has several undesirable effects. First, some retailers may have an abundance
of some products at the same time that others have none. Second,
there’s seldom an easy way to move inventory between retail locations to
reduce overstocks and cover stockouts. Finally, when stockouts occur, if
the time required to restock a retailer from the warehouse is longer than
customers will wait, stockouts turn into lost sales, not backorders.
Thus, retailers with excess inventory return it to the warehouse, while
those with no inventory lose sales while waiting for shipments. And
when cross-shipments between warehouses are needed to cover shortages,
those shipments may be delayed by the desire to ship large batches
in order to save shipping costs.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Dengan distribusi tradisional, barang yang diproduksi oleh pabrik yang
segera dikirim dalam batch besar untuk gudang regional. Setiap
gudang regional pada gilirannya berkala kapal yang lebih kecil tapi masih cukup besar
batch ke lokasi ritel. Dengan demikian, sebagian besar persediaan didorong melalui
rantai ke lokasi ritel pada asumsi bahwa hal itu akhirnya akan
dijual. Metode ini secara intuitif menarik, karena hanya outlet ritel
membuat penjualan kepada konsumen.
Sayangnya, variabilitas dalam penjualan tertinggi di lokasi ritel. Ini
memiliki beberapa efek yang tidak diinginkan. Pertama, beberapa pengecer mungkin memiliki kelimpahan
dari beberapa produk pada saat yang sama bahwa orang lain tidak punya. Kedua,
ada jarang cara mudah untuk memindahkan persediaan antara lokasi ritel untuk
mengurangi kelebihan stok dan stockouts penutup. Akhirnya, ketika stockouts terjadi, jika
waktu yang diperlukan untuk mengisi kembali pengecer dari gudang yang lebih lama dari
pelanggan akan menunggu, stockouts berubah menjadi penjualan hilang, tidak backorders.
Dengan demikian, pengecer dengan kembali kelebihan persediaan untuk gudang, sementara
mereka yang tidak ada persediaan kehilangan penjualan sambil menunggu pengiriman. Dan
ketika silang pengiriman antara gudang yang diperlukan untuk menutupi kekurangan,
mereka pengiriman mungkin tertunda oleh keinginan untuk kapal batch besar
untuk menghemat biaya pengiriman.