There were very few guys who made m

There were very few guys who made me really look up. At five eight, I’m pretty much on eye level with most guys my own age. Now. In high school, I towered over most of the guys in my class, including the one boy I loved from the moment I set eyes on him. I always felt like a freak standing next to him, which is probably why nothing ever happened between us—even when he asked me to the prom my junior year. But this guy…I had to step back a little to look him in the eye without having to tilt my head back.
And handsome. He had dark hair that was a little on the long side, big, wavy curls just touching the back of his collar. He had gray eyes that brought to mind the word steel, but they were so filled with kindness that I couldn’t quite assign that designation to them. He had a solid jaw that could be called square, but it soften as it moved into his chin. There was a dimple in one cheek. I’d always loved dimples on guys. It made them so approachable. And solid. He was wearing a pair of old jeans that were splattered with mud and a t-shirt that looked like it had seen better days. It was tight, hugging his chest and arms in a way that defined his muscles with an I-have-to-touch-that sort of emphasis.
“Sorry about that,” he said, squeezing my arm before letting go.
“It was my fault. I wasn’t looking where I was going.”
“Well, no harm done.” He smiled, that dimple growing deeper, wider.
“Let me show you to the elevator,” Ms. Tarek said, coming up alongside this handsome stranger. She didn’t seem too inclined to introduce me, and I couldn’t really blame her. I think she was so disgusted by my qualifications that she just wanted to get rid of me. I nodded politely to Mr. Handsome and followed her down the hall.
She stabbed the button for the elevator. When it opened, she looked at me but didn’t seem interested in a long goodbye. I just nodded and climbed into the elevator. The last thing I remembered—and I should have seen it as a warning of what was to come—was her stern expression and Mr. Handsome smiling thoughtfully as the elevator doors closed.
***
“What was I thinking? I knew it was a waste of time.”
“But it got you off the horse,” my friend, Lisa, said later that night over drinks at the bar where she works.
“I felt like an idiot. She asked me what I did at Starbuck’s, and I could see her interest in me just slip away with the first syllable out of my mouth.”
“Her loss if she couldn’t see what a great asset you would have been to the company. It’s brand new, isn’t it? I can’t imagine they can be all that picky about whom they hire the first year or two of business.”
“Yeah, well, they seem to be doing quite well for a business that’s only existed for seven months. I mean, they already have two projects finished, and I read on their website that they have five more near completion. That’s pretty impressive for a construction company.”
“I suppose. But they would have been much better off with you among their rank.”
I shook my head. While I was grateful for Lisa’s encouragement, I knew I’d made a mistake by applying there. I let my desperation to save my aunts’ house color my logic. It was just hard to accept the fact that my poor, elderly aunts were going to have to leave the home they’d lived in their entire lives.
“At least you met a guy.”
I snorted. “A guy whose name I didn’t even get. And he was so…” An image of him filled my mind again, nearly taking my breath, as it had when I was standing in front of him. “He’s way too far out of my league.”
“No one is out of your league unless you want him to be. At least, that’s my philosophy.”
Yes, well, this was coming from the girl who dated everyone from the president of the chess club to the star quarterback of our high school football team. She was not incredibly picky about the men she dated. Last week, she went out with a forty-year-old divorcé who cried about his children all through dinner. And she slept with him. Told me it was because she felt sorry for him. And, predictably, she never heard from him again. Probably went back to his wife. But that didn’t seem to faze Lisa. She had a date in less than an hour with one of her customers here at the bar.
I lifted my drink and swallowed more than I’d intended to. Life really sucked sometimes. I wasn’t looking forward to going home and telling my aunts I’d failed them.
Lisa touched my shoulder. “Don’t look so down in the dumps, kiddo. Something will happen for you. I have a good feeling.”
I pressed my hand to hers. “I wish I had your optimism.”
“You don’t need it. I’m optimistic enough for the both of us.”
I kissed her cheek as I stood to leave. “Call me tomorrow. Let me know how your date went.”
“Are you sure you don’t want to come along? I’m sure he could find a friend…”
“No, thanks.”
I walked out of the bar into the cool evening air, a surprisingly mild start to a North Texas summer. I walked slowly down the street, taking small enjoyment from the exercise. I’d been on my feet most of the afternoon,

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Ada sangat sedikit orang yang membuat saya benar-benar melihat ke atas. Pada lima delapan, aku cukup banyak pada tingkat mata dengan kebanyakan orang usia saya sendiri. Sekarang. Di sekolah tinggi, saya menjulang tinggi di sebagian besar orang di kelas saya, termasuk satu anak laki-laki aku mencintai dari saat saya menetapkan mata padanya. Saya selalu merasa seperti berdiri aneh di sampingnya, yang mungkin mengapa tidak pernah terjadi di antara kami-bahkan ketika dia meminta saya untuk prom tahun junior saya. Tapi orang ini ... Aku harus mundur sedikit untuk menatap matanya tanpa harus memiringkan kepala saya kembali.
Dan tampan. Dia memiliki rambut hitam yang sedikit di sisi panjang, besar, ikal bergelombang hanya menyentuh bagian belakang kerah bajunya. Dia memiliki mata abu-abu yang membawa ke pikiran baja kata, tapi mereka begitu penuh dengan kebaikan bahwa saya tidak bisa cukup menetapkan penunjukan itu kepada mereka. Dia memiliki rahang yang kuat yang bisa disebut persegi, tetapi melembutkan karena pindah ke dagunya. Ada lesung pipit di pipinya. Aku akan selalu mencintai lesung on guys. Hal itu membuat mereka begitu didekati. Dan padat. Dia mengenakan celana jins tua yang berlumuran lumpur dan t-shirt yang tampak seperti itu telah melihat hari yang lebih baik. Itu ketat, memeluk dada dan lengannya dengan cara yang ditentukan otot-ototnya dengan I-harus-untuk-sentuhan-hal semacam penekanan.
"Maaf tentang itu," katanya, meremas lenganku sebelum melepaskan.
"Itu salahku. Saya tidak melihat di mana aku akan. "
" Nah, tidak ada salahnya dilakukan. "Dia tersenyum, bahwa lesung tumbuh lebih dalam, lebih luas.
" Mari saya tunjukkan ke lift, "kata Ms Tarek, datang bersama orang asing tampan ini . Dia tampaknya tidak terlalu cenderung untuk memperkenalkan saya, dan saya tidak bisa benar-benar menyalahkan dia. Saya pikir dia begitu muak dengan kualifikasi saya bahwa dia hanya ingin menyingkirkan saya. Aku mengangguk sopan ke Mr. Tampan dan mengikutinya menyusuri lorong.
Dia menusuk tombol lift. Ketika dibuka, ia menatapku tetapi tampaknya tidak tertarik selamat tinggal lama. Aku hanya mengangguk dan naik ke lift. Hal terakhir yang saya ingat-dan aku harus melihatnya sebagai peringatan dari apa yang akan datang-itu ekspresi tegas dan Mr. Tampan tersenyum serius saat pintu lift tertutup.
***
"Apa yang kupikirkan? Aku tahu itu adalah buang-buang waktu. "
" Tapi itu bisa Anda dari kuda, "teman saya, Lisa, mengatakan nanti malam lebih dari minuman di bar tempat ia bekerja.
" Saya merasa seperti orang idiot. Dia bertanya apa yang saya lakukan di Starbuck, dan aku bisa melihat minatnya pada saya hanya menyelinap pergi dengan suku kata pertama keluar dari mulut saya. "
" Loss nya jika dia tidak bisa melihat apa yang besar aset Anda akan berkunjung ke perusahaan . Ini merek baru, bukan? Saya tidak bisa membayangkan mereka bisa menjadi semua yang pilih-pilih tentang siapa mereka menyewa atau dua tahun pertama bisnis. "
" Yeah, well, mereka tampaknya akan melakukan cukup baik untuk sebuah bisnis yang hanya ada selama tujuh bulan. Maksudku, mereka sudah memiliki dua proyek selesai, dan saya baca di situs web mereka bahwa mereka memiliki lima hampir selesai. Itu cukup mengesankan untuk sebuah perusahaan konstruksi. "
" Saya kira. Tapi mereka akan jauh lebih baik dengan Anda di antara peringkat mereka. "
Aku menggeleng. Sementara aku bersyukur atas dorongan Lisa, aku tahu aku telah membuat kesalahan dengan menerapkan sana. Aku membiarkan keputusasaan saya untuk menyelamatkan bibi saya 'warna rumah logika saya. Itu hanya sulit untuk menerima kenyataan bahwa miskin, bibi tua saya akan harus meninggalkan rumah mereka akan tinggal di seluruh hidup mereka.
"Setidaknya Anda bertemu dengan seorang pria."
Aku mendengus. "Seorang pria yang namanya saya bahkan tidak mendapatkan. Dan dia begitu ... "Sebuah citra dirinya memenuhi pikiran saya lagi, hampir mengambil napas, seperti itu ketika saya berdiri di depannya. "Dia terlalu jauh keluar dari liga."
"Tidak ada yang keluar dari liga Anda kecuali Anda ingin dia menjadi. Setidaknya, itulah filosofi saya. "
Ya, baik, ini datang dari gadis yang tanggal semua orang dari presiden klub catur untuk gelandang bintang dari tim sepak bola sekolah tinggi. Dia tidak sangat pilih-pilih tentang orang-orang dia tanggal. Pekan lalu, dia pergi keluar dengan perceraian berusia empat puluh tahun yang menangis tentang anak-anaknya sepanjang malam. Dan dia tidur dengan dia. Bilang itu karena dia merasa kasihan padanya. Dan, bisa ditebak, dia tidak pernah mendengar dari dia lagi. Mungkin kembali ke istrinya. Tapi itu tampaknya tidak mengganggu Lisa. Dia punya tanggal dalam waktu kurang dari satu jam dengan salah satu pelanggannya di sini di bar.
Aku mengangkat saya minum dan menelan lebih dari aku berniat untuk. Hidup benar-benar tersedot kadang-kadang. Saya tidak melihat ke depan untuk pulang dan memberitahu bibi saya saya akan gagal mereka.
Lisa menyentuh bahuku. "Jangan terlihat begitu turun dalam kesedihan, Nak. Sesuatu akan terjadi untuk Anda. Saya memiliki perasaan yang baik. "
Aku menekan tanganku ke miliknya. "Aku berharap aku punya optimisme Anda."
"Anda tidak membutuhkannya. Aku cukup optimis untuk kami berdua. "
Aku mencium pipinya saat aku berdiri untuk meninggalkan. "Hubungi aku besok. Biarkan aku tahu bagaimana tanggal Anda pergi. "
" Apakah Anda yakin tidak ingin ikut? Aku yakin dia bisa menemukan teman ... "
" Tidak, terima kasih. "
Aku berjalan keluar dari bar ke udara malam yang dingin, awal mengejutkan ringan sampai musim panas Texas Utara. Aku berjalan perlahan menyusuri jalan, mengambil kenikmatan kecil dari latihan. Saya akan berada di kakiku sebagian besar sore,