Only two Fusarium species were isol

Only two Fusarium species were isolated from Bird Valley,
a forested area in USM, main campus, Pulau Pinang. The
present study was in accordance with a study by Smith
(1967) who reported that Fusarium species may be
difficult to become established in forest land; and a study
by Lim (1974) in which field and forest soils yielded less
fusaria compared to cultivated soils. Generally,
uncultivated soils such as forest soil, the diversity and
occurrences of Fusarium species was low compared to
cultivated soils. In cultivated soils, Fusarium species were
more prevalent and associated with plant debris (Burgess,
1981).
Fusarium solani was more prevalent in the forested
area and was recovered from seven sites with different
vegetations. The results from this study contrasted with
the results from Lim and Chew (1970) in which they
reported that Fusarium species were not recovered from
three forest reserves in Singapore. Fusarium solani is one
of the most common Fusarium species distributed in the
soils and have been isolated from numerous soil samples
in sub-tropical, semi-arid and grassland soils (Burgess
and Summerell, 1992). Fusarium solani is also the most
common species isolated from cultivated soils (Lim and
Chew, 1972; Latiffah et al., 2007) and from sandy soils
(Sanquis and Borba, 1997).
The occurrence of F. oxysporum was smaller and
was recovered from fewer sites. Fusarium oxysporum is a
well-known plant pathogen and is common in various
types of soil. However, many isolates of F. oxysporum
from soils are also considered to be non-pathogenic
(Gordon and Okamoto, 1992). Low percentage
occurrences of F. oxysporum could be attributed to the
soil type and vegetation as F. oxysporum is commonly
associated with plant debris and can survive in the soil as
active hyphae in plant debris especially in cultivated soils
(Burgess, 1981).
Microbial communities in soil are largely influence by
the soil type. Most of the soil type in Bird Valley was
sandy loam soil which has lower water holding capacity.
Therefore, sandy soil types may not have enough water
content to support Fusarium growth although the acidic
condition is suitable for fungal growth.
In conclusion, only two Fusarium species, F. solani
and F. oxysporum were recovered from several sites in
Bird Valley, a forested area in USM main campus. The
present study showed that unlike cultivated soils,
Fusarium species are not diverse in forest soil in Bird
Valley.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Hanya dua spesies Fusarium diisolasi dari Bird Valley,
daerah berhutan di USM, kampus utama, Pulau Pinang. The
penelitian ini adalah sesuai dengan studi oleh Smith
(1967) yang melaporkan bahwa spesies Fusarium mungkin
sulit untuk menjadi mapan di lahan hutan; dan sebuah studi
oleh Lim (1974) di mana lapangan dan hutan tanah menghasilkan kurang
fusaria dibandingkan dengan tanah dibudidayakan. Umumnya,
tanah digarap seperti tanah hutan, keragaman dan
kejadian spesies Fusarium adalah rendah dibandingkan dengan
tanah dibudidayakan. Di tanah dibudidayakan, spesies Fusarium yang
lebih umum dan terkait dengan sisa-sisa tanaman (Burgess,
1981).
Fusarium solani adalah lebih umum di hutan
daerah dan pulih dari tujuh situs dengan berbagai
vegetasi. Hasil dari penelitian ini kontras dengan
hasil dari Lim dan Chew (1970) di mana mereka
melaporkan bahwa spesies Fusarium tidak pulih dari
tiga hutan cadangan di Singapura. Fusarium solani adalah salah satu
spesies Fusarium yang paling umum didistribusikan di
tanah dan telah diisolasi dari sampel tanah banyak
di tanah sub-tropis, semi-kering dan padang rumput (Burgess
dan Summerell, 1992). Fusarium solani juga yang paling
umum spesies diisolasi dari tanah dibudidayakan (Lim dan
Chew, 1972; Latiffah et al, 2007.) Dan dari tanah berpasir
(Sanquis dan Borba, 1997).
Terjadinya F. oxysporum lebih kecil dan
telah pulih dari situs yang lebih sedikit. Fusarium oxysporum adalah
patogen tanaman terkenal dan umum di berbagai
jenis tanah. Namun, banyak isolat F. oxysporum
dari tanah juga dianggap non-patogenik
(Gordon dan Okamoto, 1992). Persentase rendah
kejadian F. oxysporum dapat dikaitkan dengan
jenis tanah dan vegetasi sebagai F. oxysporum umumnya
terkait dengan sisa-sisa tanaman dan dapat bertahan di tanah sebagai
hifa aktif dalam sisa-sisa tanaman terutama di tanah dibudidayakan
(Burgess, 1981).
Masyarakat Mikroba di tanah sebagian besar dipengaruhi oleh
jenis tanah. Sebagian besar jenis tanah di Bird Lembah adalah
tanah lempung berpasir yang memiliki lebih rendah kapasitas memegang air.
Oleh karena itu, jenis tanah berpasir mungkin tidak memiliki cukup air
konten untuk mendukung pertumbuhan Fusarium meskipun asam
kondisi cocok untuk pertumbuhan jamur.
Kesimpulannya, hanya dua Fusarium spesies, F. solani
dan F. oxysporum ditemukan dari beberapa situs di
Bird Valley, daerah berhutan di USM kampus utama. The
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak seperti tanah dibudidayakan,
spesies Fusarium tidak beragam di tanah hutan di Bird
Loire.