IN THE NINETEENTH CENTURY, archaeol

IN THE NINETEENTH CENTURY, archaeological
sites were viewed as little more than mines in which
to prospect for artifacts. But professionally trained
archaeologists, such as Kidder and Wormington,
shifted their objectives to focus more on understanding
the person behind the artifact rather than the artifact
itself. And in the 1960s, archaeology further refined
that focus, wishing not only to reconstruct what
happened in the past, but also to explain that past.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

PADA abad kesembilan belas, arkeologisitus dianggap sebagai lebih dari tambang di manauntuk prospek untuk artefak. Tapi terlatih secara profesionalarkeolog, seperti Kidder dan Wormington,bergeser tujuan mereka untuk lebih berfokus pada pemahamanorang di belakang artefak daripada artefakitu sendiri. Dan di tahun 1960-an, arkeologi lebih halusfokus tersebut, tidak hanya untuk merekonstruksi apaterjadi di masa lalu, tetapi juga untuk menjelaskan bahwa masa lalu.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

DI abad kesembilan belas, arkeologi
situs dipandang sebagai sedikit lebih dari tambang di mana
prospek untuk artefak. Namun profesional terlatih
arkeolog, seperti Kidder dan Wormington,
bergeser tujuan mereka untuk lebih fokus pada pemahaman
orang di balik artefak daripada artefak
itu sendiri. Dan pada tahun 1960, arkeologi lebih disempurnakan
bahwa fokus, berharap tidak hanya untuk merekonstruksi apa yang
terjadi di masa lalu, tetapi juga untuk menjelaskan masa lalu itu.