mental studies that involved the ad

mental studies that involved the addition of pure TP to PS and
PS/sesame oil solutions and further determination by DSC of
the corresponding ∆Hfor crystallization and melting (data not
shown), we established that the exotherm at 298.7 K corresponded to TP crystallization. The position of this peak shifted
to a lower temperature and broadened as PS was diluted with
sesame oil (Fig. 3). As well, the melting events corresponding
to the polymorphic states of the high- and low-temperature
peaks (i.e., β
1
′and β
1
, β
2
′, and α, respectively), shifted to lower
temperature and broadened as PS concentration decreased in

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

mental studi yang melibatkan penambahan murni TP untuk PS danPS wijen minyak solusi dan lebih lanjut keputusan DSC darisesuai ∆Hfor kristalisasi dan mencair (data tidakditampilkan), kami menetapkan bahwa exotherm 298.7 k kesilapan TP kristalisasi. Posisi puncak ini bergeseruntuk suhu yang lebih rendah dan diperluas seperti PS diencerkan denganminyak wijen (Fig. 3). Juga, peristiwa mencair sesuaiSerikat polimorfik dari tinggi dan rendah suhupuncak (yaitu, β1′and β1, Β2′, dan α, masing-masing), bergeser ke bawahsuhu dan memperluas sebagai PS konsentrasi menurun di

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Studi mental yang melibatkan penambahan TP murni untuk PS dan
PS / solusi minyak wijen dan tekad lebih lanjut oleh DSC dari
para ΔHfor kristalisasi yang sesuai dan mencair (data tidak
ditampilkan), kami menetapkan bahwa eksoterm pada 298,7 K berhubungan dengan TP kristalisasi. Posisi puncak ini bergeser
ke suhu yang lebih rendah dan memperluas sebagai PS diencerkan dengan
minyak wijen (Gbr. 3). Selain itu, peristiwa leleh yang sesuai
dengan negara polimorfik dari tinggi dan suhu rendah
puncak (yaitu, β
1
dan β
1
, β
2
', dan α, masing-masing), bergeser ke bawah
suhu dan diperluas sebagai konsentrasi PS menurun di