The rise of modern philosophy is generally described as framed by two  terjemahan - The rise of modern philosophy is generally described as framed by two  Bahasa Indonesia Bagaimana mengatakan

The rise of modern philosophy is ge

The rise of modern philosophy is generally described as framed by two giants, René Descartes and Immanuel Kant, with David Hume between them. Descartes and Hume represent the opposing traditions of rationalism and empiricism, whose tensions Kant sought to resolve with his idealism. This way of telling the story goes back to Kant and Hegel but is far from neutral. Christian philosophers such as Blaise Pascal, Thomas Reid, Johann Georg Hamann, Friedrich Heinrich Jacobi, and others were giants in their own way, and the way we tell the story of the rise of modern philosophy will depend significantly on our own philosophical views. Many of the major philosophers in this period were mathematicians and scientists and sought to develop methods for acquiring knowledge that were objective and certain, just like that of mathematics. Modern philosophy, as it emerged, aimed at objective, scientific knowledge in all areas of life. However, especially with the steady marginalization and then elimination of God from the picture, this emphasis on scientific knowledge of all of nature raised in acute form the problem of human freedom. As part of nature, are humans not also subject to the same scientific laws and analysis? But if so, how then can we account for human freedom? In this way, an irresolvable tension emerges between the two poles of nature and freedom in modern philosophy. As Dooyeweerd perceptively notes,
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Bahasa Indonesia) 1: [Salinan]
Disalin!
Munculnya filsafat modern umumnya digambarkan sebagai dibingkai oleh dua raksasa, René Descartes dan Immanuel Kant, dengan David Hume antara mereka. Descartes dan Hume mewakili tradisi menentang rasionalisme dan empirisme, ketegangan yang Kant berusaha untuk menyelesaikan dengan idealisme. Cara ini menceritakan kisah kembali ke Kant dan Hegel tapi jauh dari netral. Kristen filsuf seperti Blaise Pascal, Thomas Reid, Johann Georg Hamann, Friedrich Heinrich Jacobi, dan lain-lain orang-orang raksasa dalam cara mereka sendiri, dan cara kita menceritakan kisah kebangkitan filsafat modern akan tergantung secara signifikan pada pandangan-pandangan filsafat kita sendiri. Banyak filsuf besar dalam periode ini matematikawan dan ilmuwan dan mencari untuk mengembangkan metode untuk memperoleh pengetahuan yang objektif dan tertentu, seperti yang matematika. Filsafat modern, saat itu muncul, ditujukan untuk tujuan, pengetahuan ilmiah dalam semua bidang kehidupan. Namun, terutama dengan mantap marginalisasi dan kemudian penghapusan Allah dari gambar, penekanan pada pengetahuan ilmiah dari seluruh alam mengangkat berupa akut masalah kebebasan manusia. Sebagai bagian dari alam, adalah manusia tidak juga tunduk pada undang-undang ilmiah yang sama dan analisis? Tapi jika demikian, bagaimana dapat kita mempertimbangkan kebebasan manusia? Dengan cara ini, ketegangan yang tak terpecahkan secara muncul antara dua kutub alam dan kebebasan dalam filsafat modern. Sebagai Dooyeweerd perceptively catatan,
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
Hasil (Bahasa Indonesia) 2:[Salinan]
Disalin!
Munculnya filsafat modern umumnya digambarkan sebagai dibingkai oleh dua raksasa, René Descartes dan Immanuel Kant, dengan David Hume di antara mereka. Descartes dan Hume mewakili tradisi lawan rasionalisme dan empirisme, yang ketegangan Kant berusaha untuk mengatasi dengan idealismenya. Cara ini menceritakan cerita kembali ke Kant dan Hegel tetapi jauh dari netral. Filsuf Kristen seperti Blaise Pascal, Thomas Reid, Johann Georg Hamann, Friedrich Heinrich Jacobi, dan lain-lain yang raksasa dengan cara mereka sendiri, dan cara kita menceritakan kisah munculnya filsafat modern akan tergantung secara signifikan pada pandangan filosofis kita sendiri. Banyak filsuf besar di periode ini adalah ahli matematika dan ilmuwan dan berusaha mengembangkan metode untuk memperoleh pengetahuan yang obyektif dan tertentu, hanya seperti itu matematika. Filsafat modern, seperti muncul, ditujukan untuk tujuan, pengetahuan ilmiah dalam semua bidang kehidupan. Namun, terutama dengan marginalisasi stabil dan kemudian penghapusan Allah dari gambar, penekanan pada pengetahuan ilmiah dari seluruh alam dibesarkan dalam bentuk akut masalah kebebasan manusia. Sebagai bagian dari alam, adalah manusia tidak juga tunduk pada hukum ilmiah yang sama dan analisis? Tapi jika demikian, bagaimana kemudian kita dapat menjelaskan kebebasan manusia? Dengan cara ini, ketegangan tak terpecahkan muncul antara dua kutub alam dan kebebasan dalam filsafat modern. Sebagai Dooyeweerd perceptively mencatat,
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2025 I Love Translation. All reserved.

E-mail: