He laughed once. “I don’t think we’

He laughed once. “I don’t think we’ve really gotten a fair
shot…not with you living with Travis. The truth is, Abby, I like
you. I don’t know what it is, but I can’t seem to stop thinking
about you.” I smiled and he took my hand, running his finger
over my bracelet. “I probably scared you off with this
ridiculous present, but I’ve never been in this situation
before. I feel like I’m constantly competing with Travis for
your attention.”
“You didn’t scare me off with the bracelet.”
He pressed his lips together. “I’d like to take you out
again in a couple of weeks, after your month is up with
Travis. Then we can concentrate on getting to know each
other without the distraction.”
“Fair enough.”
He leaned down and closed his eyes, pressing his lips
against mine. “I’ll call you soon.”
I waved goodbye, and then returned to the cafeteria,
passing Travis.
He grabbed me, pulling me onto his lap. “Breakin’ up
is hard to do?”
“He wants to try again when I’m back at Morgan.”
“Shit, I’m going to have to think of another bet,” he
said, pulling my plate in front of me.
The next two weeks flew by. Other than class, I spent
every waking moment with Travis, and most of that time we
spent alone. He took me to dinner, for drinks and dancing
at the Red, bowling, and he was called out to two fights.
When we weren’t laughing ourselves silly, we were playwrestling,
or snuggling on the couch with Toto, watching a
movie. He made a point to ignore every girl that batted an
eyelash at him, and everyone talked about the new Travis.
My last night in the apartment, America and Shepley
were inexplicably absent, and Travis labored over a special
Last Night dinner. He bought wine, set out napkins, and
even brought home new silverware for the occasion. He sat
our plates on the breakfast bar and pulled his stool to the
other side to sit across from me. For the first time, I got the
distinct feeling we were on a date.
“This is really good, Trav. You’ve been holding out on me,” I
said as I chewed the Cajun Chicken Pasta he had
prepared.
He forced a smile, and I could see he was working hard
to keep the conversation light. “If I told you before, you
would have expected it every night.” His smile faded, and
his eyes fell to the table.
I rolled my food around on my plate. “I’m going to miss
you, too, Trav.”
“You’re still gonna come over, right?”
“You know I will. And you’ll be at Morgan’s, helping me
study just like you did before.”

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Dia tertawa sekali. "Saya tidak berpikir kita sudah benar-benar adilditembak... tidak dengan Anda hidup dengan Travis. Yang benar adalah, Abby, saya sukaAnda. Aku tidak tahu apa artinya, tapi aku tidak bisa berhenti memikirkantentang Anda." Saya tersenyum dan ia memegang tanganku, menjalankan jarinyaselama saya gelang. "Aku mungkin takut Anda dengan inisaat ini konyol, tapi aku belum pernah dalam situasi inisebelum. Aku merasa seperti aku terus bersaing dengan Travis untukperhatian Anda.""Anda tidak menakut-nakuti saya dengan gelang."Ia ditekan bibirnya bersama-sama. "Saya ingin membawa Andalagi dalam beberapa minggu, setelah bulan Anda adalah denganTravis. Kemudian kita dapat berkonsentrasi pada mendapatkan untuk mengetahui masing-masinglain tanpa gangguan.""Cukup."Ia bersandar ke bawah dan menutup matanya, menekan bibirnyaterhadap saya. "Saya akan menghubungi Anda segera."Aku melambaikan selamat tinggal, dan kemudian kembali ke kantin,melewati Travis.Dia menyambar saya, menarik saya ke pangkuannya. "Breakin' upApakah sulit untuk dilakukan?""Dia ingin mencoba lagi ketika saya kembali di Morgan.""Sialan, aku akan harus memikirkan lagi bet," iaberkata, menarik piring di depan saya.Dua minggu berikutnya terbang oleh. Selain kelas, aku menghabiskansetiap momen dengan Travis, dan sebagian besar yang waktu kamimenghabiskan sendirian. Dia membawa saya untuk makan malam, minuman dan menaridi Red, bowling, dan ia dipanggil untuk dua perkelahian.Ketika kami tidak tertawa diri konyol, kami adalah playwrestling,atau snuggling di sofa dengan Toto, menontonfilm. Dia membuat satu titik untuk mengabaikan setiap gadis yang dipukulbulu mata pada-Nya, dan semua orang berbicara tentang Travis baru.Saya tadi malam di apartemen, Amerika dan Todmordenentah kenapa tidak ada, dan Travis bekerja keras atas khususTadi malam makan malam. Dia membeli anggur, berangkat serbet, danbahkan membawa rumah perak baru untuk acara. Dia dudukkami piring Sarapan bar dan ditarik kursinya kesisi lain untuk duduk di hadapanku. Untuk pertama kalinya, aku punyaperasaan yang berbeda kami berada di kencan."Ini benar-benar baik, Trav. Anda telah memegang pada saya,"sayakata seperti saya mengunyah Cajun Chicken Pasta iadisiapkan.Ia memaksa senyum, dan aku bisa melihat dia bekerja kerasuntuk menjaga percakapan cahaya. "Jika saya katakan sebelumnya, Andaberharap itu setiap malam." Senyumnya memudar, danmatanya jatuh ke meja.Aku berguling makanan di sekitar di piring. "Aku akan kehilanganAnda, juga, Trav.""Anda masih akan datang lebih dari, kan?""Kau tahu aku akan. Dan Anda akan di Morgan, membantu sayabelajar seperti yang Anda lakukan sebelumnya."

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Dia tertawa sekali. "Saya tidak berpikir kita sudah benar-benar mendapat adil
ditembak ... tidak dengan Anda hidup dengan Travis. Yang benar adalah, Abby, aku suka
kamu. Aku tidak tahu apa itu, tapi aku tidak bisa berhenti memikirkan
tentang Anda. "Aku tersenyum dan ia meraih tanganku, berjalan jarinya
di atas gelang saya. "Saya mungkin takut Anda dengan ini
hadir konyol, tapi aku belum pernah dalam situasi ini
sebelumnya. Aku merasa seperti aku terus bersaing dengan Travis untuk
perhatian Anda.
"" Kau tidak menakut-nakuti saya dengan gelang.
"Dia merapatkan bibir. "Saya ingin membawa Anda keluar
lagi dalam beberapa minggu, setelah satu bulan Anda dengan
Travis. Kemudian kita dapat berkonsentrasi pada saling mengenal satu sama
lain tanpa gangguan tersebut.
"" Cukup adil.
"Dia membungkuk dan menutup matanya, menekan bibirnya
ke bibirku. "Aku akan meneleponmu segera."
Aku melambaikan tangan, dan kemudian kembali ke kantin,
melewati Travis.
Dia menyambar saya, menarikku ke pangkuannya. "Breakin 'up
sulit dilakukan?"
"Dia ingin mencoba lagi ketika saya kembali di Morgan."
"Sial, aku akan harus memikirkan taruhan lain," ia
mengatakan, menarik piring di depan saya.
Dua minggu ke depan terbang oleh. Selain kelas, aku menghabiskan
setiap momen dengan Travis, dan sebagian besar waktu itu kami
menghabiskan sendiri. Dia mengajak saya makan malam, untuk minuman dan menari
di Red, bowling, dan ia memanggil dua perkelahian.
Ketika kita tidak tertawa sendiri konyol, kami playwrestling,
atau meringkuk di sofa dengan Toto, menonton
film. Dia membuat titik untuk mengabaikan setiap gadis yang mengedipkan
bulu mata padanya, dan semua orang berbicara tentang Travis baru.
Saya tadi malam di apartemen, Amerika dan Shepley
yang entah kenapa tidak ada, dan Travis bekerja lebih khusus
Malam terakhir makan malam. Dia membeli anggur, ditetapkan serbet, dan
bahkan membawa pulang perak baru untuk acara ini. Dia duduk
piring kami di bar sarapan dan menarik kursinya ke
sisi lain untuk duduk di depanku. Untuk pertama kalinya, saya mendapat
perasaan berbeda kami berkencan.
"Ini benar-benar baik, Trav. Anda telah bertahan pada saya, "Saya
mengatakan seperti yang saya mengunyah Cajun Chicken Pasta dia
siap.
Dia memaksa senyum, dan aku bisa melihat dia bekerja keras
untuk menjaga cahaya percakapan. "Jika saya katakan sebelumnya, Anda
akan diharapkan setiap malam." Senyumnya memudar, dan
matanya jatuh ke meja.
Aku memutar makanan di piringku. "Aku akan merindukan
Anda, juga, Trav."
"Kau masih akan datang, kan?"
"Kau tahu aku akan. Dan Anda akan berada di Morgan, membantu saya
belajar seperti yang Anda lakukan sebelumnya. "