Pramono et al. (2010) stated that started in the year of 1960’s teak wood plantation has been grown by farmers in Gunung Kidul, Yogyakarta Province, Indonesia, as the main source of long term saving out of their dry marginal lands. In 2007, the private teak forest occupied over 58,000 hectares of land in Yogyakarta Province – half of it (over 29,000 hectares) are located in Gunung Kidul Regency representing over 70% of teak tress in Yogyakarta Province (Perdana, 2011). Similar to other private teak wood plantation in Indonesia, the teak wood plantations in Yogyakarta are not properly managed, and it is the aim of this study to develop a well-managed teak wood plantations including the harvesting strategy to optimize the economic benefits of the plantations.
Research Framework and Method of Study
Location
The province of Yogyakarta, Indonesia, consists of five regencies, namely Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul, Kodya Yogyakarta and Sleman (Figure 1). The province covers an area of 3,185.80 square kilometers consisting of 53% dry land, 18% irigated agricultural land, and 29% of non-agricultural land (Agricultural Office of DIY Province, 2010). The driest area, Gunung Kidul Regency covers an area of 1,485 square kilometers (nearly 48% area of Yogyakarta Province) where 70.1% of the regency is covered by dry agricultural land.
Hasil (
Bahasa Indonesia) 1:
[Salinan]Disalin!
Pramono et al. (2010) menyatakan bahwa dimulai pada tahun 1960-an perkebunan kayu jati telah ditanam oleh petani di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai sumber utama jangka panjang yang menyimpan dari tanah marjinal mereka kering. Pada tahun 2007, hutan jati pribadi menduduki lebih dari 58.000 hektar lahan di Provinsi Yogyakarta-setengah dari itu (lebih dari 29.000 hektar) yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul yang mewakili lebih dari 70% dari pohon jati di Daerah Istimewa Yogyakarta (Perdana, 2011). Serupa lainnya pribadi perkebunan kayu jati Indonesia, perkebunan kayu jati di Yogyakarta tidak benar dikelola, dan itu adalah tujuan dari studi ini untuk mengembangkan perkebunan kayu jati dikelola dengan baik yang termasuk strategi panen untuk mengoptimalkan manfaat ekonomi dari perkebunan. Kerangka kerja riset dan metode kajian Lokasi Provinsi Yogyakarta, Indonesia, terdiri dari lima Kabupaten, yaitu Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul, Kodya Yogyakarta dan Sleman (gambar 1). Provinsi meliputi daerah seluas 3,185.80 kilometer persegi yang terdiri dari 53% daratan, 18% irigated lahan pertanian, dan 29% lahan non-pertanian (pertanian kantor Propinsi DIY, 2010). Wilayah terkering, Kabupaten Gunung Kidul meliputi daerah seluas keamanan oleh 1.485 kilometer persegi (hampir 48% wilayah Provinsi Yogyakarta) dimana 70.1% dari Kabupaten ditutupi oleh lahan pertanian kering.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..

Pramono et al. (2010) menyatakan bahwa mulai tahun perkebunan kayu jati tahun 1960 telah ditanam oleh petani di Gunung Kidul, Yogyakarta Provinsi, Indonesia, sebagai sumber utama tabungan dari tanah marginal kering mereka jangka panjang. Pada tahun 2007, hutan jati swasta ditempati lebih dari 58.000 hektar lahan di Provinsi Yogyakarta - setengah dari itu (lebih dari 29.000 hektar) yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul yang mewakili lebih dari 70% dari pohon jati di Provinsi Yogyakarta (Perdana, 2011). Mirip dengan perkebunan kayu jati swasta lainnya di Indonesia, perkebunan kayu jati di Yogyakarta tidak dikelola dengan baik, dan itu adalah tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan perkebunan kayu jati yang dikelola dengan baik termasuk strategi panen untuk mengoptimalkan manfaat ekonomi dari perkebunan .
Kerangka Penelitian dan Cara Penelitian
Lokasi
provinsi Yogyakarta, Indonesia, terdiri dari lima kabupaten, yaitu Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul, Kodya Yogyakarta dan Sleman (Gambar 1). Provinsi ini meliputi area seluas 3,185.80 kilometer persegi yang terdiri dari 53% lahan kering, 18% lahan pertanian irigated, dan 29% dari lahan non-pertanian (Dinas Pertanian Provinsi DIY, 2010). Daerah terkering, Kabupaten Gunung Kidul meliputi area seluas 1.485 kilometer persegi (area hampir 48% dari Provinsi Yogyakarta) di mana 70,1% dari Kabupaten ditutupi oleh lahan pertanian kering.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
