A five-day livinga transmigration a

A five-day living
a transmigration area in south lampung. We left jakarta for lampung at midnight and our trip took about six hours. Arriving there, we were warmly welcomed. After a little talking, we were taken to our respective hosts. Every host accommodated four to five students. The transmigrants live a very simple life. Most of their houses are made of wood or bamboo, and only some are made bricks.
living there, all of us helped the transmigrants plow and fertilize the soil, harvest cassava, rice, corn or other crops, or wash and feed the cattle. At home, most girls produced cassava crips, cassava cake and friend corn. Though dirty, we were very happy to help them since the work was new and even strange for us. It is unusual for them to stay till night. They go to bed at abou 8 p.m. because of us, they were willing to chat until we asked them to sleep or they taught us to play gamelan music.
one morning, our courageous friend climbed up a ten metre coconut tree to pick coconuts. Unfortunately, just reaching about five metres, he trembled. He could not continue his climb. We all laughed at him. But the situation changed. Looking down, his face grew pale and said nothing. We were afraid he would fall down. Then we encouraged him to climb down inch by inch. He followed our advice. It look ten minutes for him to reach the ground. Stepping on the ground, he said "i won't do such a foolish thing again." The host commented, "You are really a patriot, boy"
On the last day, we gathered with the hosts in front of the sub-district office to say goodbye. We felt as if we had beena real big family.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Lima hari hiduparea transmigrasi di lampung Selatan. Kami meninggalkan jakarta Lampung tengah malam dan perjalanan kami mengambil sekitar enam jam. Tiba, kami akan disambut. Setelah berbicara sedikit, kami dibawa ke kami masing-masing host. Setiap host ditampung empat sampai lima siswa. Penduduk hidup sangat sederhana. Sebagian besar rumah-rumah mereka yang terbuat dari kayu dan bambu, dan hanya beberapa yang membuat batu bata.tinggal di sana, kita semua membantu transmigran membajak dan menyuburkan tanah, harvest ubi kayu, beras, jagung atau tanaman lain, atau mencuci dan pakan ternak. Di rumah, sebagian besar gadis diproduksi crips singkong, gaplek kue dan teman jagung. Meskipun kotor, kami akan sangat senang untuk membantu mereka karena pekerjaan baru dan bahkan aneh bagi kita. Hal ini biasa bagi mereka untuk tinggal sampai malam. Mereka pergi ke tempat tidur di abou pukul 20: 00 karena kita, mereka bersedia untuk chatting sampai kita meminta mereka untuk tidur atau mereka mengajarkan kita untuk bermain musik gamelan.suatu pagi, teman kita berani memanjat pohon kelapa sepuluh meter untuk memilih kelapa. Sayangnya, dia hanya mencapai sekitar lima meter, gemetar. Dia tidak bisa melanjutkan memanjat tebing. Kita semua tertawa padanya. Tapi keadaan berubah. Melihat ke bawah, wajahnya tumbuh pucat dan mengatakan apa-apa. Kami sangat takut ia akan jatuh ke bawah. Kemudian kita mendorongnya untuk turun inci dengan inci. Dia mengikuti saran kita. Itu terlihat sepuluh menit baginya untuk mencapai tanah. Menginjak tanah, ia berkata "Aku tidak akan melakukan hal yang bodoh lagi." Host berkomentar, "Anda adalah benar-benar seorang patriot, anak laki-laki"Pada hari terakhir, kami berkumpul dengan host di depan kantor Kecamatan untuk mengucapkan selamat tinggal. Kami merasa seperti jika kita memiliki keluarga nyata besar beena.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Sebuah lima hari tinggal
daerah transmigrasi di lampung selatan. Kami meninggalkan jakarta untuk lampung pada tengah malam dan perjalanan kami mengambil sekitar enam jam. Sesampainya di sana, kami disambut hangat. Setelah berbicara sedikit, kami dibawa ke host kami masing-masing. Setiap host ditampung 4-5 siswa. Para transmigran hidup sangat sederhana. Sebagian besar rumah-rumah mereka terbuat dari kayu atau bambu, dan hanya beberapa yang dibuat batu bata.
Tinggal di sana, kita semua membantu transmigran membajak dan menyuburkan tanah, panen singkong, padi, jagung atau tanaman lainnya, atau mencuci dan pakan ternak. Di rumah, sebagian besar gadis diproduksi crips singkong, kue singkong dan teman jagung. Meskipun kotor, kami sangat senang untuk membantu mereka karena pekerjaan baru dan bahkan aneh bagi kita. Hal ini tidak biasa bagi mereka untuk tinggal sampai malam. Mereka pergi tidur pada kira-kira 8:00 karena kita, mereka bersedia untuk chatting sampai kami meminta mereka untuk tidur atau mereka mengajarkan kita untuk memainkan musik gamelan.
Suatu pagi, teman kita yang berani memanjat pohon kelapa sepuluh meter untuk memilih kelapa. Sayangnya, hanya mencapai sekitar lima meter, ia gemetar. Dia tidak bisa melanjutkan pendakian nya. Kita semua menertawakannya. Tapi situasi berubah. Melihat ke bawah, wajahnya pucat dan mengatakan apa-apa. Kami takut ia akan jatuh ke bawah. Kemudian kami mendorong dia untuk turun sedikit demi sedikit. Dia mengikuti saran kami. Terlihat sepuluh menit baginya untuk mencapai tanah. Menginjak tanah, dia mengatakan "saya tidak akan melakukan hal yang bodoh lagi." Host berkomentar, "Kamu benar-benar seorang patriot, anak"
Pada hari terakhir, kami berkumpul dengan host di depan kantor kecamatan untuk mengucapkan selamat tinggal. Kami merasa seperti jika kita memiliki beena keluarga besar yang nyata.