In operant conditioning, behaviors

In operant conditioning, behaviors we freely perform become more or less frequent, depending on whether they are followed by a reward (positive reinforcement) or punishment.
How does this apply to attitudes?
Imagine:
A 4-year-old white girl goes to the playground and begins to play with an African American girl.
Her father expresses strong disapproval, telling her, “We don’t play with that kind of child.”
It won’t take long before the child associates interacting with African Americans with disapproval, thereby adopting her father’s racist attitudes.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Di operant, perilaku kita bebas melakukan menjadi lebih atau kurang sering, tergantung pada apakah mereka diikuti oleh pahala (penguatan positif) atau hukuman. Bagaimana ini berlaku untuk sikap? Bayangkan:Seorang gadis putih 4-tahun pergi ke Taman Bermain dan mulai bermain dengan seorang gadis Amerika Afrika. Sang ayah mengungkapkan penolakan keras, mengatakan, "Kami tidak bermain dengan anak semacam itu." Itu tidak akan lama sebelum anak associates berinteraksi dengan Afrika Amerika dengan penolakan, sehingga mengadopsi sikap rasis ayahnya.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Dalam pengkondisian operan, perilaku kita bebas perform menjadi lebih atau kurang sering, tergantung pada apakah mereka diikuti oleh reward (penguatan positif) atau hukuman.
Bagaimana hal ini berlaku untuk sikap?
Bayangkan:
Seorang gadis putih 4 tahun pergi ke bermain dan mulai bermain dengan seorang gadis Afrika Amerika.
Ayahnya mengungkapkan ketidaksetujuan yang kuat, menceritakan, "Kami tidak bermain dengan semacam anak."
Ini tidak akan lama sebelum rekan anak berinteraksi dengan Afrika-Amerika dengan ketidaksetujuan, demikian mengadopsi sikap rasis ayahnya.