5. The literary residue of a liturg

5. The literary residue of a liturgical act of covenant - making concludes with a fouth element of blessings and curses in chapter 28 (see also 27:11-26). This concluding element is a set of liturgical sanctions of rewards and punishments that are commensurate with obedience or disobedience to the covenant commands. The range of blessings and curses suggests that YHWH's covenantal sovereignty pertains to every sector of Israel's life, so that the shape of every part of life is derived from covenantal disposition.
These four elements:
proclamation of God’s gifts (6-11)
articulation of God’s commands (12-25)
mutual oath-taking (26:16-19)
recital of blessings and curses (28)
constitute the bulk of the middle section of the book of Deuteronomy. But the four elements also reflect what was likely an older liturgical practice of the making and remaking of covenant, whereby Israel is constituted, each time freshly constituted in the liturgical act. Thus derivatively, the literature of Deuteronomy replicates liturgical practice and, in a literary mode, is a tradition that enacts Israel as YHWH's covenant people.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

5. Residu sastra dari tindakan liturgis perjanjian - pembuatan diakhiri dengan elemen fouth berkat dan kutuk dalam pasal 28 (lihat juga 27: 11-26). Unsur penutup ini adalah satu set sanksi liturgi imbalan dan hukuman yang sepadan dengan ketaatan atau ketidaktaatan kepada perintah perjanjian. Kisaran berkat dan kutuk menunjukkan bahwa kedaulatan perjanjian YHWH berkaitan dengan setiap sektor kehidupan Israel, sehingga bentuk dari setiap bagian dari kehidupan berasal dari disposisi perjanjian.
Keempat unsur:
proklamasi karunia Allah (11/6)
artikulasi Allah perintah (25/12)
saling sumpah (26: 16-19)
resital tentang berkat dan kutuk (28)
merupakan bagian terbesar dari bagian tengah kitab Ulangan. Tapi empat elemen juga mencerminkan apa yang mungkin praktek liturgi yang lebih tua dari pembuatan dan membentuk kembali perjanjian, dimana Israel didasari, setiap kali baru merupakan dalam tindakan liturgis. Jadi derivatively, literatur Ulangan ulangan praktek liturgi dan, dalam mode sastra, merupakan tradisi yang memberlakukan Israel sebagai umat perjanjian YHWH.