Menyambut Kongres Nasional Partai Demokrat Yang akan berlangsung 11-13 Mei 2015 di Surabaya DEMOKRAT DI ANTARA Oposisi ATAU Netral Oleh: M. Aminudin (Direktur Institute for Strategic and Development Studies (ISDS) / alumnus ilmu Politik FISIP UNAIR) ------ ------ Kongres Nasional Partai Demokrat Yang akan berlangsung 11-13 Mei 2015 di Surabaya menarik UNTUK diamati KARENA partai Suami Beroperasi Telah resmi menyatakan Dirinya sebagai kekuatan penyeimbang di ANTARA persaingan Koalisi Merah Putih (KMP) Yang berada di-luar Kekuasaan DENGAN Koalisi Indonesia Hebat (KIH) Yang sedang berkuasa. Itu artinya walaupun hasil temuan PEMILU terakhir di PARTAI DEMOKRAT "Hanya" menempatkan PADA peringkat keempat hearts PEMILU 2014 tetapi posisinya Cukup menentukan konsetelasi perimbangan politik di Parlemen. Beroperasi demikian hasil temuan Keputusan Kongres Partai Demokrat di Surabaya akan Ikut menentukan Konfigurasi kekuatan nasional hearts lima Tahun KE Depan apakah akan memperkuat Pemerintahan ATAU mempertegas di Barisan Oposisi ?. Tetapi kalau Dilihat Dari Sejarah Awal Pendirian Partai Demokrat nampaknya partai Suami Sulit terlepas Dari Sosok sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Jadi seandainya Partai Suami TIDAK mengalami intervensi Dari suprastruktur seperti dialami GOLKAR Dan PPP sebenarnya Partai Demokrat diperkirakan tak akan Terjadi perubahan Haluan KEPEMIMPINAN KE Depan. Artinya Baik Beroperasi Langsung ATAU TIDAK Langsung Partai Suami Tetap hearts Bayangan Garis politik SBY. Dalam kenyataannya partai Suami Memang Muncul Dan Tumbuh gede Harus Diakui KARENA SBY Faktor Bukan secara KARENA politik ideologi Dan Aliran. Suami Yang membedakan Partai Demokrat DENGAN SEMUA parpol Yang MASUK 5 gede parpol (The Big lima) di Indonesia pasca reformasi Dari PEMILU 1999 Hingga 2014 Dimana 4 partai yang lain seperti PDIP, Golkar, PAN, PKS, PKB secara massa Pemilih Banyak berakar PADA politik Aliran Indonesia Yang Telah Muncul pasca Kemerdekaan seperti Peta pembilahan politik Aliran hasil temuan Studi Pengamat Indonesia Dari Australia hearts bukunya berjudul pemikiran politik Indonesia: 1945-1965 (Ed oleh Herbert Feith dan Lance Castles, Cornell University Press Ithaca USA:. 1970). Beroperasi Umum Memang partai Dari gede Indonesia Tahun 1955 Hingga Saat Masih Banyak bertumpu PADA Dukungan Aliran politik Indonesia seperti PDIP Yang berakar PADA Aliran nasioalisme populis Dan GOLKAR Kalangan Priyayi, & e PAN, PPP, PKS, PKB Banyak dipilih Diposkan pendukungnya LEBIH KARENA Ikatan loyalitas kultural KARENA dianggap representasi partai Islam. Dalam Kasus menguatnya PILIHAN Partai DEMOKRAT Dan Gerindra, pembilahan politik Aliran ITU hampir tak Berlaku, KARENA massa pemilihnya Sangat cair BERBAGAI Aliran Sangat pragmatis, hampir Semuanya tersedot magnit kekuatan sosok Pemimpin Dan pengaruh pencitraan Pesan Komunikasi hasil temuan polesan konsultan politik. Dalam Kasus Partai Demokrat Memang Cukup fenomenal Dari Mulai Muncul sebagai partai baru PADA PEMILU 2004 Langsung Meraih Lebih Dari 7% Suara Dan Langsung BERHASIL mengantarkan pendiri utamanya Menjadi Presiden selama doa periode Dan melejit partai Terbesar di peringkat Pertama PEMILU 2009 Yang mencapai 21% Suara. Faktor Penting Yang Bisa mengantarkan partai Demokrat Langsung menduduki peringkat pagar differences hearts tangga politik PEMILU Waktu ITU Adalah kinerja KEPEMIMPINAN Dan Kepuasan Terhadap kebijakan Pemerintah SBY Yang diikuti Media pencitraan Yang jitu termasuk ISU anti korupsi. Tetapi PADA periode Jabatan kedua SBY 2009-2014 Tingkat Kepuasan PADA Pemerintahan SBY menyusut Tajam Akibat kebijakan Yang TIDAK kenaikan harga BBM populer, Elpiji, dsb Dan JUGA makin Banyak kadernya terjerat Kasus korupsi. Sebagai implikasi kinerja defisit Pemerintahan SBY ITU Yang Dimiliki Suara partainya merosot SEKITAR 50% PADA PEMILU 2014 PEMILU dibandingkan 2009. Mencari Google Artikel Latar Belakang Kebangkitan Dan kejatuhan Partai Demokrat ITU apakah hasil temuan Kongres Demokrat di Surabaya Pertengahan Tahun 2015 Bisa Menjadi Pintu MASUK mengembalikan Kejayaan partai Demokrat Kembali di masa Depan? Jawabnya Bisa ya Bisa TIDAK. Peluang Kebangkitan Partai Demokrat sebenarnya Masih Terbuka Kalau melihat sentimen politik Yang Berkembang di 'masyarakat sebelumnya Saat ini Yang memulai membandingkan Pemerintahan SBY Dan Jokowi. Mayoritas di mata manajemen menganggap publik Pemerintahan SBY Masih dianggap LEBIH Efektif Dimana Arah kebijakan Presiden Semuanya Bisa dikatakan diikuti Diposkan para aparatur Pemerintahan termasuk Kepolisian Dan TNI. Tetapi hearts Kasus Pemerintahan Jokowi Banyak Kesan publik Yang Muncul seringnya Terjadi insubordinasi (ketidaktaatan) Kalangan Birokrasi Dan Kepolisian Terhadap Arahan Presiden terutama hearts Kasus KPK VS Kepolisian. KINERJA Ekonomi Pemerintahan Jokowi-JK di mata rakyat JUGA Semakin menyusut seperti ditujukkan SEMUA survei diantaranya LSI, Indobarometer JUGA makin menyusut Akibat Semakin meningkatkan ketidakpastian Ekonomi 'masyarakat sehingga pertumbuhan Ekonomi nasional di Triwulan Pertama Pemerintah Jokowi merosot Menjadi SEKITAR 4% dibandingkan Akhir Pemerintah SBY SEKITAR 6%. Kemerosotan pertumbuhan Suami terlihat makin menggerus riil sektor; Properti, otomotif merosot 50% -20%, Inflasi Ekonomi di Kisaran 10% Akibat melonjaknya harga Dan Tarif di seperti energi sektor BBM, Elpiji, Listrik. Merosot Nialai rupiah Tukar PADA dolar cenderung, selama Awal Pemerintahan Jokowi Saja BI Sudah menguras Cadangan devisa SEKITAR USD 4 Milyar UNTUK Upaya mempertahankan Nilai Tukar Rupiah TIDAK Naik Naik di atas Rp 13.000 / perdollar. Mencari Google Artikel Gambaran kemerosotan ITU Seharusnya Partai Demokrat berpeluang mengembalikan Kejayaan elektoralnya KE Depan. Tetapi kenyataanya revivalisme partai Demokrat Masih Harus melalui jalan terjal Yang Dan berliku, sebab APA? KARENA faktor "Krisis" Angka KEPEMIMPINAN Partai Yang KE berharga rakyat. Harus Diakui Partai Demokrat Sampai memasuki Kongresnya di Surabaya Masih mengalami "Krisis" Angka Yang layak jual hearts PILPRES 2019. Edi Baskoro Yang nampaknya diproyeksikan SBY Jadi putera Mahkotanya Nampak terkesan Masih "Terlalu hijau" Faktor Yang Hanya Bisa eksis KARENA nāma ayahnya gede. & E tuna-tuna Calon Pemimpin Partai Demokrat Yang Semula Sudah memiliki merek di masyarakat hampir Semuanya Sudah Layu Sebelum Berkembang KARENA tersandung masalah hukum seperti Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh Dan Anas Urbaningrum. SBY Sendiri Sudah pasti tak mungkin maju sebagai Presiden Lagi. Di tengah "Angka Krisis" Kandidat Pemimpin Dari Partai Demokrat, media konstelasi makin kurang kondusif Bagi bangkitnya Kejayaan Partai Demokrat Lagi. Suka ATAU TIDAK suka, eksistensi partai non Aliran seperti Demokrat pasang surutnya-Sangat tergantung PADA citra Yang dibentuk media yang termasuk di dalamnya TV. JIKA 5 ATAU 10 Tahun Lalu mayoritas pemilik media yang TV TIDAK terlibat Beroperasi Langsung hearts politik partisan. Tetapi saaat Suami Konfigurasi kepemilikan media yang media yang terutama Banyak mengalami perubahan. Para pemilik TV Besar Mulai Ramai-Ramai mendirikan parpol ATAU Menjadi Pimpinan Parpol. Surya Paloh (Metro TV / Media Indonesia) Menjadi Pemimpin NasDem, Hari Tanoe (MNC Group / RCTI / Global TV / SINDO) mendirikan Perindo, Aburizal Bakrie Menjadi Pimpinan Partai GOLKAR. Sudah di pasti Media ATAU TV mereka akan semaksimal mungkin Menjadi Corong Parpol pemiliknya masing-masing. & E Partai DEMOKRAT Sampai sekarang tak satupun media yang Punya sebagi gede corongnya. Oleh KARENA ITU Kebutuhan, Kongres partai Demokrat di Surabaya kali ini Label mau TIDAK mau Harus MENCARI jalan Keluar bagaimana memiliki media yang gede instrumen sebagai Corong politik. Tetapi JIKA jalan Keluar Tak Maksimal Bisa diketemukan formulasinya, Partai Demokrat Beroperasi bertahap Perlu mempertimbangkan UNTUK mempertegas posisinya sebagai oposan. Selama Suami Posisi Demokrat Yang mengikuti gaya politik SBY Yang Sekedar MENCARI selamat. Walaupun cari selamat Tetap Penting di Tengah gencarnya Upaya intervensi Penguasa KE partai-partai sebelumnya Saat ini melalui Permainan SK Menkumham namun Tak Bisa dipertahankan Jangka Panjang KARENA akan merugikan Partai Demokrat. Mencari Google Artikel mengambil Posisi "abu-abu" semacam Maka rakyat Yang sebagian gede awam akan Sulit membedakan Partai Demokrat DENGAN Partai Penguasa, sehingga kalau ADA ketidakpuasan ATAU Kegagalan Pemerintah Partai Demokrat Bisa kena getahnya. Tetapi DENGAN mempertegas sebagai "Oposisi partai" dia akan Bisa Bertindak sebagai Penyambung Suara Rakyat Yang Tidak Puas Terhadap kebijakan Pemerintahan Jokowi-Jk. Minimal Partai Demokrat dianggap memiliki emphati ATAU kesejajaran Perasaan DENGAN rakyat Yang merasa tak diuntungkan kebijakan Pemerintah. Partai Demokrat Perlu mengaca PADA sukses PDIP Yang Konsisten Menjadi "partai Oposisi" selama SBY Menjadi Presiden. Selama Menjadi "Oposisi" ITU PDIP Efektif Menjadi penentang Utama Pemerintah SBY di Parlemen Dari Mulai penentangan kenaikan BBM Dan skandal Bank Century. Konsistennya selama 10 Tahun Menjadi Oposisi Ternyata membuahkan hasil temuan, Suara PDIP Kembali Naik KE peringkat Pertama PADA PEMILU 2014 Yang PEMILU sebelumnya merosot KE peringkat Kedua. Posisi sebagai Oposisi hearts kadar Tertentu Memang membantu memperluas aksesnya KE Media. Media Bagaimanapun hearts Batas Tertentu Bila Ingin menarik pemirsa ATAU Pembaca akan mempertimbangkan ASPEK HotNEWS Suatu berita. Kalau kejadiannnya Tak Istimewa ATAU biasa-biasa sukar Suatu Kejadian ATAU materi Informasi MASUK Menjadi Laporan Penting Suatu Media. Konsumen berita biasanya Memang tak BeGiTu tertarik PADA Media Yang SeolAh Hanya Menjadi "buletin Pemerintah". Dalam situasi Pemerintah kebijakan Yang Banyak menimbulkan ketidakpuasan 'masyarakat seperti sekarang ini Label SIKAP-SIKAP Oposisi Semakin seksi ATAU berharga di Kalangan rakyat Yang Menjadi Pemilih Pemilu. * Semua terpulang PADA Partai Demokrat Lagi apakah Tetap di Wilayah abu-abu DENGAN Resiko makin meredupn di arena politik Indonesia ATAU Mempertegas Oposisi UNTUK Investasi Dukungan rakyat Yang Menjadi Pemilihnya hearts PEMILU KE Depan.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
