Let ’ s call this the Lifson Princi

Let ’ s call this the Lifson Principle, and see what implications it has for
accountants and their clients. “ Taxpayers should be entitled to structure
transactions to take advantage of intended incentives and to pay no more tax
than is required by the law. ” The presence of the word “ should ” and the word
“ entitled ” in the principle clearly make it an ethical principle. According to
the principle, taxpayers have the ethical right to take advantage of intended
incentives, and one could add that their accountants or accounting firms
would be remiss in their responsibility to their clients if they did not take
full advantage of the intended incentives. But by implication, Lifson is uggesting that there is something ethically problematic about taking account of unintended incentives, and this is precisely the kind of operation
that Burger and Briloff are objecting to on the part of individual accountants
and accounting firms.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Mari kita sebut ini Prinsip Lifson, dan melihat apa implikasi memiliki untuk
akuntan dan klien mereka. "Wajib Pajak berhak untuk struktur
transaksi untuk mengambil keuntungan dari insentif dimaksudkan dan membayar tidak lebih pajak
dari yang dibutuhkan oleh hukum. "Kehadiran kata" harus "dan
kata" berjudul "pada prinsipnya jelas menjadikannya sebuah prinsip etis. Menurut
prinsip, wajib pajak memiliki hak etis untuk memanfaatkan dimaksudkan
insentif, dan satu bisa menambahkan bahwa akuntan mereka atau perusahaan akuntansi
akan lalai dalam tanggung jawab mereka untuk klien mereka jika mereka tidak mengambil
keuntungan penuh dari insentif dimaksudkan. Tapi dengan implikasi, Lifson adalah uggesting bahwa ada sesuatu yang etis bermasalah tentang memperhitungkan insentif yang tidak diinginkan, dan ini justru jenis operasi
yang Burger dan Briloff yang keberatan dengan pada bagian akuntan individu
dan perusahaan akuntansi.