A well-known metaphor in organisati

A well-known metaphor in organisation theory is March and Olsen’s (1976)
image of a ‘garbage can’, created to sum up the process of decision-making in
organisations. They wished to draw attention to a particular aspect of the phenomenon
of organisational decision-making: the extent to which there may
be ambiguity and unpredictability over why opportunities for making decisions
arise, who participates in which decisions, and why they do or do not
participate. The ‘garbage can’ metaphor captures the aspect of decision-making
on which they wish to focus in a single image. Streams of different kinds of rubbish, representing opportunities for decision-making or organisation members
who are entitled to participate, are thrown into a garbage can or dustbin.
What eventually emerges from the mix is tipped out in the form of decisions.
Notice that by drawing attention to ambiguity in decision-making, this
metaphor draws attention away from other aspects of the phenomenon – not
least the extent to which organisational decision-making may be orderly and
predictable. As a critical reader, you will often find yourself engaging with an
account where a particular perspective or metaphor has been adopted. It is
important for you to reflect on which aspects of the social phenomenon being
discussed are highlighted, and which underplayed or ignored altogether.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Sebuah metafora yang terkenal dalam teori organisasi adalah Maret dan Olsen's (1976)gambar 'sampah bisa', diciptakan untuk meringkas proses pengambilan keputusan diorganisasi. Mereka berharap untuk menarik perhatian ke aspek tertentu dari fenomenapengambilan keputusan organisasi: sejauh Mei yang adamenjadi ambiguitas dan ketidakpastian atas mengapa kesempatan untuk membuat keputusanmuncul, yang berpartisipasi dalam keputusan-keputusan yang, dan mengapa mereka atau tidakberpartisipasi. Metafora 'sampah dapat' menangkap aspek pengambilan keputusandi mana mereka ingin fokus dalam berkas tunggal. Aliran berbagai jenis sampah, mewakili peluang untuk pengambilan keputusan atau organisasi anggotayang berhak untuk berpartisipasi, dilemparkan ke dalam tong sampah atau tempat sampah.Apa yang akhirnya muncul dari campuran Tip keluar dalam bentuk keputusan.Perhatikan bahwa dengan menarik perhatian ke ambiguitas dalam pengambilan keputusan, inimetafora menarik perhatian dari aspek-aspek lain dari fenomena – tidaksetidaknya sejauh mana pengambilan keputusan organisasi mungkin teratur dandiprediksi. Sebagai pembaca kritis, Anda akan sering menemukan diri Anda terlibat denganrekening mana perspektif tertentu atau metafora yang telah diadopsi. Itupenting bagi Anda untuk merefleksikan aspek-aspek yang menjadi fenomena sosialdibahas yang disorot, dan yang mengabaikan atau diabaikan sama sekali.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Sebuah metafora terkenal dalam teori organisasi Maret dan (1976) Olsen
citra 'tong sampah', dibuat untuk meringkas proses pengambilan keputusan di
organisasi. Mereka ingin menarik perhatian aspek tertentu dari fenomena
dari organisasi pengambilan keputusan: sejauh mana mungkin
menjadi ambiguitas dan ketidakpastian atas mengapa peluang untuk membuat keputusan
muncul, yang berpartisipasi di mana keputusan, dan mengapa mereka atau tidak
berpartisipasi . The 'tong sampah' metafora menangkap aspek pengambilan keputusan
di mana mereka ingin fokus dalam satu gambar. Aliran berbagai jenis sampah, mewakili kesempatan untuk pengambilan keputusan atau organisasi anggota
yang berhak untuk berpartisipasi, dilemparkan ke tong sampah atau tempat sampah.
Apa akhirnya muncul dari campuran berujung keluar dalam bentuk keputusan.
Perhatikan bahwa dengan menggambar memperhatikan ambiguitas dalam pengambilan keputusan, ini
metafora menarik perhatian dari aspek-aspek lain dari fenomena - tidak
setidaknya sejauh mana organisasi pengambilan keputusan mungkin tertib dan
diprediksi. Sebagai pembaca kritis, Anda akan sering menemukan diri Anda terlibat dengan
akun mana perspektif tertentu atau metafora telah diadopsi. Hal ini
penting bagi Anda untuk merenungkan aspek mana dari fenomena sosial yang
dibahas yang disorot, dan yang meremehkan atau diabaikan sama sekali.