Archaeology owes a good deal of its

Archaeology owes a good deal of its 19th-century start to the exploits of Napoleon Bonaparte, who was enamored with Egypt. After Bonaparte's French armies took control of Egypt in 1801, Bonaparte led a second figurative army there shortly after - this one made up of over 500 hundred scientists, chemists, and other intellectuals. Bonaparte's massive excavations and findings of various artifacts of ancient Egypt, including the famous Rosetta Stone, spurred interest in not just ancient Egypt but ancient human society in general.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Arkeologi berutang banyak yang mulai abad ke-19 untuk eksploitasi Napoleon Bonaparte, yang terpikat dengan Mesir. Setelah anggota tentera Perancis menguasai Mesir pada tahun 1801, Bonaparte membawa pasukan kedua figuratif tak lama setelah - satu ini terdiri dari lebih dari 500 ratus ilmuwan, ahli kimia, dan intelektual lain. Anggota besar penggalian dan temuan dari berbagai artefak Mesir kuno, termasuk batu Rosetta terkenal, ketertarikan memacu Mesir tidak hanya kuno tapi kuno masyarakat manusia secara umum.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Arkeologi berutang banyak start abad ke-19 untuk eksploitasi Napoleon Bonaparte, yang terpikat dengan Mesir. Setelah tentara Prancis Bonaparte menguasai Mesir pada tahun 1801, Bonaparte memimpin tentara figuratif kedua ada tak lama setelah - satu ini terdiri dari lebih dari 500 ratus ilmuwan, ahli kimia, dan intelektual lainnya. Penggalian besar-besaran Bonaparte dan temuan dari berbagai artefak Mesir kuno, termasuk Batu Rosetta terkenal, memacu minat di Mesir bukan hanya kuno tetapi masyarakat manusia purba pada umumnya.