Traveling northeast from Bandung to

Traveling northeast from Bandung towards the coast, the seaport of Cirebon offers a wealth of culture and history. Situated on the border of West and Central Java, it is home to a combination of both cultures. Gemah Ripah Loh Jinawi means a prosperous city that has many people. Cirebon is actually located at the north coast of Java. It is located at West Java. Cirebon has a great resource of sea, especially shrimps. These shrimps are exported abroad to get so much income for city development and education. This city is almost always be passed every time any one wants to go to West Java or Jakarta from Central Java and any east cities of Java. The location of Cirebon is very strategic. In the Indojavanese time it was the most important harbor of the mighty Galuh kingdom, of which the capital was located in the fertile of Citanduy River, not too far away from Ciamis. The harbor also opened the way to the Cimanuk River, which flows through Sumedang to the lake basin of Bandung. Because the coasts of Western Java are swampy and in some places rocky Cirebon and Sunda Kelapa (Jakarta), together with Banten in the far West, the main entries to the blooming highlands.

Cirebon at 14th was a part of Padjajaran Kingdom. The Moslem movement there was so fast and Padjajaran commanded to remove the settlement to Lemahwungkuk, 5 kilometers from Cirebon harbor. In the city itself; the ancient palace (keraton) of Kasepuhan and Kanoman now serve as museums which are open to the public, exhibiting household ornaments, paintings, calligraphy and other art treasures of the courts. The royal carriages are sumptuous in design, one of them a gilded coach in the form of a winged elephant. The three well-known palaces (Kraton) of Cirebon are Pakungwati, Kesepuhan, and Kanoman. The former is the earliest of the three and has said to be occupied by Sunan Gunung Jati himself. In fact, according to the records preserved within the Kesepuhan Palace, and firmly believed by the Cirebon people, the normally accepted account of Sunan Gunung Jati's life is incorrect. Syarif Hidayatullah was, they claim, the son of an Egyptian King and a Sundanese princess. He lived until the age of 120 and died in 1568 A.D.

Across the square from the Kasepuhan Kraton is "Mesjid Agung" (Grand Mosque), in a traditional Javanese style and made entirely of wood. There is an ancient royal cemetery where a holy sultan was buried which has become a place for pilgrimage at the Astana Gunung. Jati Cirebon is also known for its distinct batik, now a flourishing industry in Trusmi village. The local seafood is among the best in West Java. Another specialty this city can offer the visitor is a wide range of seafood, probably the best in West Java.

Nowadays Cirebon is on the crossing of a busy coastal road and the main road to Bandung. The harbor, main depot for the oil from the Java Sea, is famous for it's great catches of fish and other sea animals. Cirebon means 'River of Shrimps' and the city has a nickname 'Kota Udang', 'City of the big Shrimps'; historical sources tell us that the name of the city is probably diverted from caruban, which means 'mixture' - a witness of the very heterogeneous heir of Cirebon.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Bepergian timur laut dari Bandung menuju pantai, pelabuhan Cirebon menawarkan kekayaan budaya dan sejarah. Terletak di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, itu adalah rumah bagi kombinasi keduanya budaya. Ripah Loh Jinawi Gemah berarti kota yang makmur yang memiliki banyak orang. Cirebon sebenarnya terletak di pantai utara Jawa. Hal ini terletak di Jawa Barat. Cirebon memiliki sumber daya yang besar dari laut, terutama udang. Udang ini diekspor ke luar negeri untuk mendapatkan begitu banyak penghasilan untuk pengembangan kota dan pendidikan. Kota ini hampir selalu dilalui setiap kali ada orang yang ingin pergi ke Jawa Barat atau Jakarta dari Jawa Tengah dan setiap kota timur Jawa. Lokasi Cirebon sangat strategis. Dalam waktu Indojavanese itu pelabuhan yang paling penting dari Galuh kerajaan perkasa, dari mana modal itu terletak di subur sungai Citanduy, tidak terlalu jauh dari Ciamis. Pelabuhan juga membuka jalan ke Sungai Cimanuk, yang mengalir melalui Sumedang ke danau cekungan Bandung. Karena pantai Jawa Barat yang berawa dan di beberapa tempat berbatu Cirebon dan Sunda Kelapa (Jakarta), bersama-sama dengan Banten di ujung Barat, entri utama untuk dataran tinggi mekar. Cirebon pada 14 adalah bagian dari Padjajaran Raya. Gerakan Islam ada begitu cepat dan Padjajaran diperintahkan untuk menghapus pemukiman untuk Lemahwungkuk, 5 kilometer dari pelabuhan Cirebon. Di kota itu sendiri; istana kuno (keraton) dari Kasepuhan dan Kanoman sekarang berfungsi sebagai museum yang terbuka untuk umum, menunjukkan ornamen rumah tangga, lukisan, kaligrafi dan harta seni lainnya dari pengadilan. Gerbong kerajaan yang mewah dalam desain, salah satunya pelatih emas dalam bentuk gajah bersayap. Tiga istana terkenal (Kraton) dari Cirebon yang Pakungwati, Kesepuhan, dan Kanoman. Yang pertama adalah awal dari tiga dan telah mengatakan untuk ditempati oleh Sunan Gunung Jati dirinya. Bahkan, menurut catatan diawetkan dalam Kesepuhan Palace, dan tegas diyakini oleh orang-orang Cirebon, rekening biasanya diterima hidup Sunan Gunung Jati adalah salah. Syarif Hidayatullah itu, mereka mengklaim, anak seorang Raja Mesir dan seorang putri Sunda. Ia hidup sampai usia 120 dan meninggal di 1568 AD seberang alun-alun dari Kasepuhan Kraton adalah "Mesjid Agung" (Masjid Agung), dalam gaya tradisional Jawa dan seluruhnya terbuat dari kayu. Ada makam kerajaan kuno di mana sultan suci dimakamkan yang telah menjadi tempat untuk berziarah di Astana Gunung. Jati Cirebon juga dikenal karena batik yang berbeda, kini industri berkembang di desa Trusmi. Makanan laut lokal yang terbaik di Jawa Barat. Keistimewaan lain kota ini dapat menawarkan pengunjung berbagai macam makanan laut, mungkin yang terbaik di Jawa Barat. Saat ini Cirebon adalah pada persimpangan dari jalan pantai sibuk dan jalan utama ke Bandung. Pelabuhan, depot utama untuk minyak dari Laut Jawa, terkenal itu tangkapan besar ikan dan hewan laut lainnya. Cirebon berarti 'Sungai Udang' dan kota ini memiliki julukan 'Kota Udang', 'Kota Udang dari besar'; sumber sejarah memberitahu kita bahwa nama kota mungkin dialihkan dari caruban, yang berarti 'campuran' - saksi dari pewaris sangat heterogen dari Cirebon.