Moreover, all too often it is not e

Moreover, all too often it is not even die ordinary language which guides the analysis, but rather blown-up atoms of language, silly scraps of speech that sound like baby talk such as "This looks to me now like a man eating poppies," "He saw a robin," "I had a hat." Wittgenstein devotes much acumen and space to the analysis of "My broom is in the corner." I quote, as a representative example, an analysis from J. L. Austin's "Other Minds

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Selain itu, terlalu sering tidaklah mati bahkan bahasa biasa yang membimbing analisis, tapi agak ditiup-up atom bahasa, konyol memo pidato yang terdengar seperti bicara bayi seperti "Ini tampak bagi saya sekarang seperti poppies manusia makan", "ia melihat robin", "Aku punya topi." Wittgenstein mencurahkan banyak ruang dan ketajaman analisis "sapu saya adalah di sudut." Saya mengutip, sebagai contoh perwakilan, sebuah analisis dari J. L. Austin "lain pikiran

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Selain itu, terlalu sering tidak bahkan mati bahasa biasa yang memandu analisis, melainkan ditiup-up atom bahasa, memo konyol pidato yang terdengar seperti bayi bicara seperti "ini tampak bagi saya sekarang seperti orang makan poppies," "Dia melihat robin," "Aku punya topi." Wittgenstein mencurahkan banyak kecerdasan dan ruang untuk analisis "sapu saya di sudut." Saya mengutip, sebagai contoh representatif, analisis dari JL Austin "Minds lain