Let me tell you about a recent stud

Let me tell you about a recent student of mine. We’ll call him Jack. He’s a quiet boy, our Jack, self-possessed, responsible enough generally, amply courteous, eminently likable. In my normative-level senior literature class, he was attentive and receptive but disinclined to push himself. He found a comfortable pace and stuck with it. The snarky might be tempted to condemn him as undistinguished, B−/C+, just another kid—any of these tantamount, in the current climate, to pretty heavy condemnation. More and more of late, I find myself compelled to defend kids like Jack, even to other teachers, some of whom seem to hold in a museum-lit shrine an image of the Ideal Student to which they expect all those of the flesh-and-blood variety to aspire. Anything short of that is a disappointment, a personal affront, a sign, even, of a deficient character. Superlative achievement and a whole salad bar of laurels should be everyone’s goal, they, too, seem to believe, and learning is what happens along the way. Students like Jack can become invisible. In fact, many seem to prefer it that way.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Mari saya ceritakan tentang mahasiswa hari saya. Kami akan memanggilnya Jack. Dia adalah seorang anak yang tenang, kami Jack, dimiliki diri, bertanggung jawab cukup umumnya, berlimpah sopan, sungguh menyenangkan. Di kelas normatif tingkat senior sastra saya, dia adalah penuh perhatian dan reseptif tetapi segan untuk mendorong diri. Ia menemukan kecepatan yang nyaman dan terjebak dengan itu. Snarky mungkin akan tergoda untuk mengutuk dia sebagai tidak istimewa, B− / C ++, anak-anak lain — salah satu ini tantamount, dalam iklim saat ini, cukup berat kutukan. Lebih dan lebih akhir-akhir ini, aku mendapati diriku dipaksa untuk mempertahankan anak-anak seperti Jack, bahkan untuk guru-guru lain, beberapa yang tampak menahan di Kuil berpenerang museum gambar dari mahasiswa Ideal untuk yang mereka mengharapkan semua orang dari berbagai daging dan darah untuk bercita-cita. Apa pun dari yang adalah kekecewaan, penghinaan pribadi, tanda, bahkan, kekurangan karakter. Superlatif prestasi dan bar salad seluruh laurels harus menjadi tujuan setiap orang, mereka, juga, tampaknya percaya, dan belajar adalah apa yang terjadi di sepanjang jalan. Siswa seperti Jack dapat menjadi tidak terlihat. Pada kenyataannya, banyak tampaknya lebih suka itu.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Mari saya ceritakan tentang seorang mahasiswa baru-baru ini saya. Kami akan memanggilnya Jack. Dia anak yang tenang, Jack kita, diri kerasukan, bertanggung jawab cukup umum, cukup sopan, sungguh menyenangkan. Dalam normatif-tingkat kelas sastra senior saya, dia penuh perhatian dan menerima tapi segan untuk mendorong dirinya sendiri. Dia menemukan kecepatan yang nyaman dan terjebak dengan itu. Snarky mungkin tergoda untuk mengutuk dia sebagai tidak istimewa, B- / C +, hanya anak-setiap lain ini sama saja, dalam iklim saat ini, penghukuman bagi cukup berat. Semakin banyak akhir-akhir ini, saya menemukan diri saya terpaksa untuk membela anak-anak seperti Jack, bahkan guru-guru lain, beberapa di antaranya tampaknya terus dalam kuil museum-lit gambar dari Mahasiswa Ideal yang mereka harapkan semua orang dari daging-dan Berbagai -blood untuk bercita-cita. Apa pendek itu adalah kekecewaan, penghinaan pribadi, tanda, bahkan, dari karakter kekurangan. Prestasi superlatif dan seluruh salad bar dari kemenangan harus menjadi tujuan semua orang, mereka juga tampaknya percaya, dan belajar adalah apa yang terjadi di sepanjang jalan. Siswa seperti Jack bisa menjadi tidak terlihat. Bahkan, banyak tampaknya lebih memilih cara itu.