Mount Papandayan is a complex strat

Mount Papandayan is a complex stratovolcano, located in Garut Regency, to the southeast of the city of Bandung in West Java, Indonesia. It is about 15 km to the southwest of the town of Garut. At the summit, there are four large craters which contain active fumarole fields. An eruption in 1772 caused the northeast flank to collapse producing a catastrophic debris avalanche that destroyed 40 villages and killed nearly 3,000 people. The eruption truncated the volcano into a broad shape with two peaks and a flat area 1.1 km wide with Alun-Alun crater in the middle, making the mountain appear as a twin volcano; one of the peaks is called Papandayan and the other Mount Puntang.[1]

Since 1772, only small phreatic eruptions were recorded before an explosive eruption that began in November 2002. More recently, the volcano has been quite active. On August 13, 2011 the volcano's early warning status was lifted from Level II, "Vigilant" (Indonesian: Waspada) to Level III, "Alert" (Siaga) following the swarm of long-period events, the increase of volcano tectonic earthquake rate, and an extremely high percentage (100%) of measured carbon dioxide gas in the ground at the summit crater.[2] People, including tourists, were urged to remain at least 2 kilometers (1.2 mi) from the yellow craters on the 2,665-meter (8,743-foot) Mount Papandayan.[3] On Friday September 2, 2011, the Indonesian Volcanology and Geophysical Disaster Mitigation Center reported that numerous shallow volcanic earthquakes had been recorded along with other indications of volcanic activity. A spokesperson for the Indonesian National Disaster Management Agency noted that if Mt Papandayan erupted, over 170,000 people living in five nearby subdistricts (kecamatan) and in twenty villages could be affected.[4] Of the people likely to be affected, it was expected that perhaps as many as 11,500 people might need to be evacuated.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

G. Papandayan merupakan stratovolcano kompleks, terletak di Kabupaten Garut, di sebelah tenggara kota Bandung di Jawa Barat, Indonesia. Berjarak sekitar 15 km di barat daya kota Garut. Di puncak, ada empat kawah besar yang berisi bidang aktif fumarol. Letusan pada tahun 1772 disebabkan sisi timur laut runtuh memproduksi puing-puing bencana longsor yang menghancurkan desa 40 dan hampir 3.000 orang tewas. Letusan gunung berapi dipotong menjadi bentuk luas puncak dua dengan luas rata 1.1 km lebar dengan kawah Alun-Alun di tengah, membuat gunung muncul sebagai sebuah gunung berapi kembar; salah satu puncak disebut Papandayan dan lain g. Puntang. [1]Sejak tahun 1772, hanya kecil letusan disebabkan tercatat sebelum letusan eksplosif yang dimulai pada November 2002. Baru-baru ini, gunung berapi telah cukup aktif. Pada Agustus 13, 2011 gunung berapi awal peringatan status terangkat dari tingkat II, "Vigilant" (Indonesia: Waspada) untuk tingkat III, "Siaga" (Siaga) mengikuti kawanan periode panjang peristiwa, peningkatan tingkat gempa tektonik gunung berapi, dan sangat tinggi persentase (100%) diukur gas karbon dioksida di tanah di kawah puncak. [ 2] orang-orang, yang termasuk wisatawan, didorong untuk tetap setidaknya 2 km (1,2 mil) dari kawah kuning di 2,665 meter (8,743 kaki) Gunung Papandayan. [3] pada Jumat September 2, 2011, Indonesia Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Center Geofisika melaporkan bahwa banyak dangkal gempa vulkanik telah tercatat bersama dengan indikasi lain dari aktivitas gunung berapi. Seorang juru bicara badan manajemen bencana Nasional Indonesia mencatat bahwa jika meletus Gunung Papandayan, lebih dari 170.000 orang tinggal di lima terdekat Pembagian administratif dan di desa-desa dua puluh bisa terpengaruh. [4] dari orang-orang mungkin akan terpengaruh, diharapkan bahwa mungkin sebanyak 11.500 orang mungkin perlu untuk dievakuasi.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Gunung Papandayan adalah sebuah stratovolcano yang kompleks, yang terletak di Kabupaten Garut, di sebelah tenggara kota Bandung di Jawa Barat, Indonesia. Itu adalah sekitar 15 km ke arah barat daya dari kota Garut. Di puncak, ada empat kawah besar yang berisi bidang fumarol aktif. Letusan pada tahun 1772 disebabkan sayap timur laut runtuh menghasilkan longsoran puing-puing bencana yang menghancurkan 40 desa dan menewaskan hampir 3.000 orang. Letusan terpotong gunung berapi menjadi bentuk yang luas dengan dua puncak dan area datar 1,1 km lebar dengan kawah Alun-Alun di tengah, membuat gunung muncul sebagai gunung berapi kembar; salah satu puncak disebut Papandayan dan Gunung Puntang lainnya. [1]

Sejak 1772, hanya letusan freatik kecil dicatat sebelum letusan eksplosif yang dimulai pada November 2002. Baru-baru ini, gunung berapi telah cukup aktif. Pada 13 Agustus 2011 status peringatan dini gunung berapi diangkat dari Tingkat II, "Waspada" (Indonesia: Waspada) ke Level III, "Waspada" (Siaga) mengikuti segerombolan peristiwa periode panjang, kenaikan tingkat gempa tektonik gunung berapi , dan persentase yang sangat tinggi (100%) dari gas karbon dioksida diukur dalam tanah di puncak kawah. [2] Orang, termasuk wisatawan, didesak untuk tetap minimal 2 kilometer (1,2 mil) dari kawah kuning pada 2665 meter (8.743 kaki) Gunung Papandayan. [3] Pada hari Jumat September 2, 2011, Vulkanologi Indonesia dan Geofisika Pusat Mitigasi Bencana melaporkan bahwa banyak gempa vulkanik dangkal telah tercatat bersama dengan indikasi lain dari aktivitas gunung berapi. Seorang juru bicara untuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia mencatat bahwa jika Mt Papandayan meletus, lebih dari 170.000 orang yang tinggal di lima kecamatan terdekat (kecamatan) dan dalam dua puluh desa bisa terpengaruh. [4] Dari orang-orang mungkin akan terpengaruh, diharapkan bahwa mungkin sebanyak 11.500 orang mungkin perlu dievakuasi.