The big day had arrived. Yuki and K

Hari besar tiba. Yuki dan Kaname adalah untuk menikah sore itu sangat. Yuki bergegas di sekitar mansion panik mencari berbagai hal. "Wheres boque! Wheres gaun saya! Apakah kalian punya cincin?" Kaname tertawa. "Tenang Yuki, semuanya semua makan dan siap untuk sore ini." Kaname berjalan di luar dan kembali dalam beberapa detik kemudian dengan sebuah objek panjang yang tercakup dalam tas hitam. "Gaun Anda." Yuki tampak lebar bermata di Kaname. "Anda tidak melihat, Apakah Anda!" Kaname meletakkan objek panjang, hitam ke pelukan Yuki. "Aku tidak pernah melakukan hal seperti itu." Yuki tersenyum dan mencium Kaname di pipi. "Saya lebih baik sebut pengiring pengantin saya datang." Kaname menyambar Yuki lengan dan menariknya mundur. "Yuki, yang mana tidak ada waktu dekat!" Yuki menoleh ke jam besar di dinding infront dari padanya. "9:15, saya kira kita memiliki beberapa jam untuk pergi, tetapi saya akan lebih baik mendapatkan mereka ke sini hanya untuk memastikan." Kaname melepaskan Yuki dan dia tersandung di atas tangga, berusaha untuk menyeimbangkan gaunnya dalam pelukannya. Ia berpaling tombol pintu, yang tiba-tiba menjadi tugas yang sangat sulit, maka ketika dia akhirnya dibuka, dia meletakkan pakaian yang pernah begitu hati-hati ke tempat tidurnya. Sakit pergi menelepon Rima, Ruka dan Chiyo sekarang... Dia tiba-tiba ingat apa yang dikatakan Chiyo kemarin, dan ragu-ragu untuk mengangkat telepon. "Informasi yang saya sekarang tahu seharusnya tidak mengubah apa pun, im hanya berlebihan, seperti biasa." Dia mulai panggilan nomor. "Halo..." Suara gadis-gadis muda yang menjawab telepon. Yuki mulai berbicara. "Halo, Anda punya Chiyo ada hari ini, dia berada di kelas malam." Yuki mendengar gadis muda meletakkan telepon dan menunggu beberapa menit sebelum dia kembali. "Chiyo di sini," Yuki ragu-ragu. "Halo? siapa pun di sana?" Yuki menggelengkan kepalanya dan mulai berbicara. "Halo Chiyo, Yuki yang, aku hanya ingin tahu jika Anda masih akan menjadi bridesmaid saya hari ini?" Chiyo terkesiap. "Oh benar! Yakin. Aku tidak yakin apakah Anda masih ingin aku datang, setelah saya katakan tentang ma dan nol..." Yuki samar-samar tertawa. "Aku masih ingin kau datang Corse, ini tidak mengubah apa-apa!" Yuki tidak tersenyum lagi. Beruntung telepon tidak memiliki kamera, atau Chiyo akan tahu bahwa saya berdusta. "Wow! Sakit pergi dan mendapatkan baju saya dan segera di sana! Anda benar-benar hebat teman Yuki! " Sambungan telepon berakhir dengan Chiyo menggantung telepon di exitment, atau jadi Yuki pikir.Chiyo berjalan keluar dari kantor untuk Maria menunggu. "Saya memiliki pernikahan untuk menghadiri, semuanya goind untuk merencanakan." Maria mengedipkan mata Chiyo dan berjalan pergi. Chiyo berlari ke kamarnya dan memilih gaun yang terbaring di tempat tidur. Chiyo diaplikasikan beberapa make-up menuju off untuk Yuki's house. Ketika tiba Chiyo, Ruka dan Rima yang telah ada. Chiyo harus bertindak tidak bersalah ke dua dari mereka sehingga mereka nwouldn't curiga padanya. Chiyo membungkuk sebelum mereka berdua. Yuki datang menuruni tangga membawa tiga bunga. "Oh! Rima, Ruka, inilah Chiyo. " Chiyo tidak mencari. "Nice to meet you." Chiyo menyeringai evily, kemudian menatap kembali tiga gadis. "Di sini, kalian akan terus nya sambil menyusuri karpet." Yuki memberikan setiap gadis bunga. "Waktu! Kita harus cepat!" Yuki berlari kearah pintu memegang gaunnya dalam pelukannya sekali lagi. Dia tiba-tiba berhenti di pintu dan membungkuk kesakitan. "Ahh! Kepalaku!" Sebelum gadis-gadis bisa bergerak, Kaname ada di sana. "Yuki! Whats salah!" Ruka dan Rima bergegas untuk Yuki, sementara Chiyo perlahan-lahan membuntuti di belakang. "Yuki!" Yuki mulai menangis. "Kepalaku!" Kaname membantu Yuki ke mobil, dengan tiga gadis dekat di belakang. Yuki tiba-tiba mendongak. "Pergi." Kaname memandang Yuki. "Apa yang terjadi?" Yuki meletakkan tangan di kepalanya. "Saya tidak tahu? Satu menit aku bergegas sekitar mendapatkan setiap satu siap untuk pernikahan, maka kepalaku mulai merasa seperti itu adalah yang ditusuk dengan jarum." Kaname memeluk Yuki. "Apakah Anda masih ingin melakukan pernikahan? Tampaknya memiliki pengaruh besar pada Anda." Yuki tampak Kaname. "Aku akan baik-baik saja! Saya akan pernah berhenti seluruh persiapan perkawinan hanya karena kepalaku mulai sakit." Kaname mengenakan ekspresi khawatir sebagai limosuine mulai untuk mengusir, diikuti oleh dua.Sudah hampir waktunya, Yuki berdiri infront cermin besar menatap bajunya. Tiba-tiba sakit kepala datang kembali, tapi lebih buruk. Yuki turun ke lantai memegang kepalanya. "Aaaaahhh!" Ia berteriak kesakitan. "Pergi!" Tiba-tiba ia mendengar suara. "Yuki.."Yuki menggelengkan kepalanya. "Tidak! Pergi!" Suara terus berbicara. "Yuki... YUKI!"Tiba-tiba, Rima mengulurkan tangannya keluar pada ke bahu Yuki. Yuki menjerit. "Yuki, apa itu?" Rima's suara tinggal seperti biasanya, suram. Rima membantu Yuki untuk kakinya. "Kepala saya, itu mulai terluka lagi, tapi kali ini..." Rima membingungkan menatap Yuki. "Sakit pergi dan mendapatkan Kaname." Yuki menyambar lengannya. "Tidak! ia hanya akan khawatir lagi, aku akan baik-baik saja." Yuki meletakkan satu tangan di kepalanya, dan yang lainnya di atas meja untuk stabil dirinya. "Apakah Anda yakin? Anda tidak terlihat baik-baik saja?" Yuki tersenyum Rima. "Jangan khawatir tentang saya, aku akan memastikan aku akan baik-baik saja." Yuki mengedipkan mata di Rima, yang berbalik dan berjalan keluar. Apa itu? Yuki menoleh ke dalam cermin nya dan diluruskan bajunya. "Yuki! Saatnya!" Chiyo mengetuk pintu. "Yuki, Siapkah Anda?" Yuki membuka pintu. "Ya, mari kita pergi." Yuki mengambil boque nya dan berjalan keluar dengan Chiyo.Chiyo, Rima dan Ruka mulai berjalan perlahan-lahan. Semua orang di sekitar mereka berdiri diam-diam dan tersenyum. Di belakang tiga gadis, adalah Yuki memegang bunga nya. Yuki melihat ke kanan Nya dan melihat banyak wajah biasa berbeda menatapnya.That must be kanames side. She then glanced right where more unfamilliar faces stood gazing at her. Then as she came closer to the preist, kaname and his best man, Hanabusa, she saw the headmaster, balling his eyes out. She smiled as he looked up at her, drying his eyes. This was no use to him because he just started to cry as soon as he looked at Yuki in her wedding dress. She eventually reached the front and stood holding Kanames hand. The preist started to speak, but his speech was blurred to her. Yuki looked around the room untill she spotted someone standing at the back that she couldn't quite make out. Her eyes went wide. Is that, him! That vampire! She heard the preist ask her to start her vowles. "Kaname, i.." Yuki fainted before she could say another word. Kaname caught Yuki as she fell into him. Everyone gasped and stood up. The headmaster rushed to Yuki. "My daughter!" Kaname picked the limp Yuki up and rushed her to the car, with two of the three bridesmaids and the headmaster closely following. Chiyo stood back with an impressed expression on face.

Hari besar tiba. Yuki dan Kaname yang menikah sore itu. Yuki bergegas di sekitar rumah panik mencari berbagai hal. "Wheres boque yang! Wheres pakaian saya! Apakah kalian punya cincin?" Kaname tertawa. "Tenang Yuki, semuanya semua dikemas dan siap untuk sore ini." Kaname berjalan keluar dan kembali dalam beberapa detik kemudian dengan benda panjang tercakup dalam tas hitam. "Gaun Anda." Yuki tampak bermata lebar di Kaname. "Anda tidak tampak, apakah Anda!" Kaname meletakkan panjang, objek hitam ke dalam pelukan Yuki. "Saya tidak akan pernah melakukan hal seperti itu." Yuki tersenyum dan mencium Kaname pipi. "Saya lebih baik memanggil pengiring pengantin saya untuk datang." Kaname mencengkeram lengan Yuki dan menariknya ke belakang. "Yuki, yang ada di mana dekat waktu!" Yuki menoleh ke jam besar di infront dinding nya. "09:15, saya kira kita memiliki beberapa jam untuk pergi, tapi aku akan lebih baik mendapatkan mereka ke sini hanya untuk memastikan." Kaname melepaskan Yuki dan dia tersandung menaiki tangga, berusaha menyeimbangkan gaunnya dalam pelukannya. Dia memutar kenop pintu nya, yang tiba-tiba menjadi tugas yang sangat sulit, maka ketika dia akhirnya membukanya, dia meletakkan gaun itu pernah jadi hati-hati ke tempat tidurnya. Sakit pergi cincin up Rima, Ruka dan Chiyo sekarang ... Dia tiba-tiba teringat apa yang Chiyo mengatakan kemarin, dan ragu-ragu untuk mengangkat telepon. "Informasi yang saya sekarang tahu seharusnya tidak mengubah apa pun, im hanya bereaksi berlebihan, seperti biasa." Dia mulai panggilan nomor. "Halo .." jawab Suara gadis-gadis muda telepon. Yuki mulai berbicara. "Halo, apakah Anda memiliki Chiyo sana hari ini, Dia adalah di kelas malam." Yuki mendengar gadis muda meletakkan telepon dan menunggu beberapa menit sebelum ia kembali. "Chiyo sini," Yuki ragu-ragu. "Halo? Siapa pun di sana?" Yuki menggeleng dan mulai berbicara. "Halo Chiyo, yang Yuki, saya hanya ingin tahu apakah Anda masih akan menjadi pengiring pengantin saya hari ini?" Chiyo tersentak. "Oh, begitu! Tentu. Aku tidak yakin jika Anda masih ingin aku datang, setelah saya mengatakan kepada Anda tentang ma dan Zero ..." Yuki samar tertawa. "Dari corse saya masih ingin kau datang, ini tidak mengubah apa pun!" Yuki tidak tersenyum lagi. Telepon beruntung tidak memiliki kamera, atau Chiyo akan dari tahu bahwa aku berbaring. "Wow! Sakit pergi dan mendapatkan pakaian saya dan berakhir di sana segera! Teman benar-benar hebat Anda Yuki!" Koneksi ponsel berakhir dengan Chiyo menutup telepon di exitment, atau jadi berpikir Yuki.
Chiyo berjalan keluar dari kantor ke Maria menunggu. "Saya memiliki pernikahan untuk menghadiri, semuanya goind untuk merencanakan." Maria mengedipkan mata Chiyo dan berjalan pergi. Chiyo berlari ke kamarnya dan mengambil bajunya yang berbaring di tempat tidur. Chiyo diaplikasikan beberapa make-up yang berangkat ke rumah Yuki. Ketika tiba Chiyo, Ruka dan Rima yang allready ada. Chiyo harus bertindak tidak bersalah ke dua dari mereka sehingga mereka nwouldn't mencurigainya. Chiyo membungkuk sebelum mereka berdua. Yuki datang menuruni tangga membawa tiga bunga. "Oh! Rima, Ruka, ini Chiyo." Chiyo tidak melihat ke atas. "Senang berjumpa dengan mu." Chiyo menyeringai evily, kemudian melihat kembali di tiga gadis. "Di sini, kalian akan mengadakan nya sambil berjalan menyusuri karpet." Yuki memberi setiap gadis bunga. "Waktu! Kita harus bergegas!" Yuki berlari menuju pintu memegang gaunnya dalam pelukannya sekali lagi. Dia tiba-tiba berhenti di pintu dan membungkuk di kesakitan. "Ahh! Kepalaku!" Sebelum anak-anak bisa bergerak, Kaname ada di sana. "Yuki! Whats salah!" Ruka dan Rima bergegas ke Yuki, sementara Chiyo perlahan membuntuti di belakang. "Yuki!" Yuki mulai menangis. "Kepalaku!" Kaname membantu Yuki ke dalam mobil, dengan tiga gadis dekat di belakang. Yuki tiba-tiba mendongak. "Itu hilang." Kaname menatap Yuki. "Apa yang terjadi?" Yuki meletakkan tangannya di kepalanya. "Saya tidak tahu? Satu menit saya bergegas sekitar mendapatkan setiap orang siap untuk pernikahan, maka kepala saya mulai merasa seperti sedang ditusuk dengan jarum." Kaname memeluk Yuki. "Apakah Anda masih ingin melakukan pernikahan? Itu tampaknya memiliki efek yang besar pada Anda." Yuki tampak Kaname. "Aku akan baik-baik! Aku tidak akan pernah berhenti seluruh pernikahan hanya karena kepala saya mulai sakit." Kaname mengenakan ekspresi khawatir karena limosuine mulai mengusir, diikuti oleh dua lagi.
Itu hampir waktu, Yuki berdiri Infront cermin besar menatap gaunnya. Tiba-tiba, sakit kepala kembali, tapi lebih buruk. Yuki turun ke lantai memegang kepalanya. "Aaaaahhh!" Dia menjerit kesakitan. "Pergi!" Tiba-tiba ia mendengar suara. "Yuki .."
Yuki menggeleng. "Tidak! Pergi!" Suara itu terus berbicara. "Yuki .. YUKI!"
Tiba-tiba, Rima mengulurkan tangannya ke bahu Yuki. Yuki berteriak. "Yuki, Apa itu?" Suara Rima tinggal seperti biasanya itu, suram. Rima membantu Yuki berdiri. "Kepalaku, itu mulai sakit lagi, tapi kali ini ..." Rima menatap membingungkan di Yuki. "Sakit pergi dan mendapatkan Kaname." Yuki meraih lengannya. "Tidak! Dia hanya akan khawatir lagi, aku akan baik-baik saja." Yuki meletakkan satu tangan di atas kepalanya, dan yang lainnya di atas meja untuk menenangkan diri. "Apakah Anda yakin? Anda tidak terlihat baik?" Yuki tersenyum Rima. "Jangan khawatir tentang saya, saya akan pastikan saya akan baik-baik saja." Yuki mengedipkan mata pada Rima, yang berbalik dan berjalan keluar. Apa itu? Yuki melihat kembali ke dalam cermin dan diluruskan gaunnya. "Yuki! Its waktu!" Chiyo mengetuk pintu. "Yuki, apakah Anda siap?" Yuki membuka pintu. "Ya, mari kita pergi." Yuki mengambil boque dan berjalan keluar dengan Chiyo.
Chiyo, Rima dan Ruka mulai perlahan berjalan. Semua orang di sekitar mereka berdiri diam dan tersenyum. Belakang tiga gadis, itu Yuki memegang bunga nya. Yuki melihat ke kanan dan melihat banyak wajah yang tidak biasa berbeda menatapnya.
Itu pasti kanames sisi. Dia lalu melirik kanan di mana lebih wajah unfamilliar berdiri menatapnya. Kemudian saat ia datang lebih dekat ke Preist, Kaname dan manusia yang terbaik, Hanabusa, ia melihat kepala sekolah, balling matanya keluar. Dia tersenyum sambil memandang ke arahnya, mengeringkan matanya. Ini tidak ada gunanya baginya karena ia baru saja mulai menangis segera setelah ia melihat Yuki di gaun pengantinnya. Dia akhirnya mencapai bagian depan dan berdiri memegang tangan Kanames. Preist mulai berbicara, tapi pidatonya itu kabur baginya. Yuki melihat ke sekeliling ruangan sampai ia melihat seseorang berdiri di belakang bahwa dia tidak bisa cukup membuat keluar. Matanya melebar. Apakah itu, dia! Vampir itu! Dia mendengar Preist yang memintanya untuk memulai Vowles nya. "Kaname, i .." Yuki pingsan sebelum dia bisa mengatakan apa-apa lagi. Kaname tertangkap Yuki saat ia jatuh ke dalam dirinya. Semua orang tersentak dan berdiri. Kepala sekolah bergegas ke Yuki. "Anak perempuan saya!" Kaname memilih lemas Yuki dan bergegas membawanya ke mobil, dengan dua dari tiga pengiring pengantin dan kepala sekolah erat berikut. Chiyo berdiri kembali dengan ekspresi terkesan pada wajah.